Tak Hanya Sebagai Alat Upacara Adat, Begini Kegunaan Lain Uang Kepeng

By Healza Kurnia, Kamis, 26 Juli 2018 | 17:00 WIB
Komang Mulyani ketika menunjukkan hasil karya uang kepeng miliknya (Mike Eng Naftal/NOVA)

NOVA.id - Datang ke Bali belum lengkap apabila tidak berkunjung ke daerah Klungkung, yang terkenal memiliki corak lukisan kuno dan industri uang kepeng yang biasa disebut Pis Bolong untuk dipergunakan sebagai perangkat dalam upacara adat Bali.

Melalui kreativitas masyarakat Kamasan, uang kepeng kini menjelma menjadi karya kerajinan bernilai tinggi.

Keunikan uang kepeng telah menjadi incaran para kolektor barang antik, kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Kamasan, Klungkung, Bali sebagai berkah dalam mencari rezeki, salah satunya adalah Komang Mulyani (41).

Perempuan kelahiran Klungkung ini mampu menghadirkan inovasi dan variasi desain produk berbahan uang kepeng.

Variasi dari uang kepeng produksi Komang Mulyani (Mike Eng Naftal/NOVA)

Baca juga: Baru Berusia 5 Tahun, Pangeran George Berikan Pelajaran Hidup Berharga

Ia melihat peluang besar dari usaha kerajinan uang kepeng, karena baru ada satu pengusaha yaitu mantan bosnya.

Sebelum memulai usaha ini, Komang Mulyani dan suaminya, Komang Mertiyasa (46) bekerja di sebuah UKM yang membuat uang kepeng tak jauh dari rumah mereka di Semarapura, Klungkung, Bali, selama lima tahun.

Mulyani bertugas di galeri dan merangkai uang kepeng menjadi produk, sedangkan suaminya berperan mengecor logam untuk dijadikan uang kepeng.

Berbekal ilmu dan pengalaman pada saat menjadi karyawan, Mulyani dan suaminya memutuskan untuk merintis usaha uang kepeng di rumah.

Tepatnya di Perumahan Carik Uma Lombok Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Mulyani membuat desain uang kepeng yang berbeda dari yang sudah ada dan tidak disangka hasil produksinya mendapat sambutan baik di pasaran.

Baca juga: Tak Peduli Gosip Beredar, Raffi Ahmad Terus Rayu Ayu Ting Ting

Produk yang dibuat oleh Mulyani sangat mengutamakan mutu sehingga awalnya para pedagang menganggap harga produk Mulyani terlalu mahal untuk dijual.

Namun, Mulyani tidak menyerah meyakinkan para pedagang bahwa uang kepeng produksinya memiliki mutu yang bagus.

Sampai akhirnya ia berhasil membujuk pedagang untuk mau menjual produknya dan ternyata konsumen sangat puas terhadap kualitas produknya.

Menurutnya sampai saat ini masih jarang yang menjual uang kepeng dalam bentuk rangkaian dan beragam model.

Gagasan desain kreatifnya diperolehnya dari lingkungan sekitar, majalah, imajinasi dan lainnya.

Mulyani mengaku pesanan yang berdatangan terus meningkat, terutama dari toko yang menjadi rekanannya.

Baca juga: Kecantikannya Tak Pudar, Ternyata Iis Dahlia Hanya Lakukan Ini

Permasalahan yang muncul kemudian adalah pendistribusian produknya, ia dan suaminya mengalami kerepotan dalam mengangkut produk mereka untuk diantarkan berkeliling di beberapa pasar di wilayah Klungkung sampai ke Denpasar.

Terkadang, mereka terpaksa untuk menyewa mobil.

Usaha Mulyani mulai menapaki peningkatan setelah suatu hari datang pesanan sejumlah 100 ribu uang kepeng.

Kini, pegawainya telah berjumlah enam orang yang tak lain saudara dan tetangganya.

Lantaran pegawai yang merangkai uang semuanya perempuan, pekerjaan ini bisa dilakukan di rumah sambil mengasuh anak.

Baca juga: Alami Pelecehan Seksual Saat Mahasiswi, Hannah Al Rashid Curhat Begini

Proses pengerjaannya sendiri cukup memakan waktu.

Ada yang dirangkai menjadi perlengkapan ibadah di pura, ada yang dibuat gantungan kunci, patung penari, dan lain sebagainya.

Kalau sedang tidak ada pesanan khusus, dalam sebulan Mulyani mampu memproduksi uang kepeng sekitar 80.000 keping.

“Kalau sedang ada pesanan, seminggu bisa tiga kali produksi. Kadang, dalam sebulan harus selesai 200.000 keping,” ujarnya bersemangat.(*)

(Hasuna Daylailatu)