Sempat Rasakan Turbulensi, Ini Kenangan Myrna Buat Film 22 Menit

By Healza Kurnia, Senin, 30 Juli 2018 | 10:00 WIB
Sutradara film 22 Menit, Myrna Paramita (Nugie/NOVA)

NOVA.id - Siapa diantara Sahabat NOVA yang sudah menonton film 22 Menit di bioskop?

Nah, bagi yang sudah menonton dan menyaksikan beragam adegan super ekstrim dan berbahaya itu mungkin menambah tensi ketegangan kita saat menonton film tersebut.

Bahkan, dengan visual effect yang amazing membuat penonton serasa ikut merasakan sisi dramatis dari film ini.

Tak hanya penonton saja, namun Myrna Paramita, sutradara film 22 Menit, ternyata juga mengaku mendapat pengalaman sangat berkesan.

Pasalnya, syuting film yang mengangkat tragedi bom Thamrin pada Januari 2016 ini benar benar menegangkan.

(Baca juga:Wah, Kentang Tak Hanya Bisa Mengenyangkan tapi Juga Punya Manfaat Ini)

Bahkan sempat membuat geger media sosial karena ledakan yang muncul di adegan film dilakukan secara nyata.

Meski cukup dibuat pusing, kedua sutradara 22 Menit, Eugene Panji dan Myrna Paramita, ingin memberikan hiburan yang segar untuk para penonton.

Selain itu, mereka menganggap sudah saatnya Indonesia menaikkan standar film action.

“Syutingnya sangat penuh tantangan karena lokasinya di daerah terbuka, jadi banyak sekali sudut yang terancam bocor dan harus dijaga. Tentunya kami juga dibantu oleh tim lapangan dan visual effect yang menjanjikan,” ujar Myrna.

Bukan hanya itu, Myrna punya tantangan lain.

(Baca juga: Turunkan BB dan Buang Racun dalam Tubuh dengan 4 Minuman Alami Ini)

Ia juga harus berbagi tugas dengan Eugene.

Myrna diminta untuk mengarahkan dari helikopter.

Lantas apakah Myrna tak takut?

“Jadi kalau lihat adegan helikopter, aku yang (arahin) di atas dan Eugene arahin barisan mobil polisi di bawah. Sesuai pembagian, kalau enggak ada yang komplain berarti let’s go! Aku suka sih di situ, tantangannya lebih gede karena aku belum pernah syuting di dalam helikopter kayak gitu," ujar Myrna di Kuningan, Jakarta Selatan baru-baruini.

Selama di atas, dengan banyaknya muatan dan kamera yang sangat besar, Myrna harus pintar-pintar mencari posisi.

(Baca juga: Haru, Ibu Lahirkan Bayinya Pasca Kecelakaan Sebelum Meregang Nyawa)

Meski tak duduk nyaman, Myrna tetap harus berkoordinasi dengan orang-orang di bawah melalui sambungan HT.

“Itu di atas setengah mati karena (disuruh) ‘rendah-rendah-rendah’. Kalau terbang di tempat rendah di antara dua gedung itu ada turbulensi. Itu kamera saya goyang-goyang, saya juga goyang-goyang and I have to concentrate on what to shoot,” ungkap dia.

“Jadi refleks dan intuisi saya sama kameramen (harus bisa) kira-kira habis ini ia (helikopter) jalannya ke mana dan apa yang harus di-shoot,” lanjutnya.

Saking menantang dan lamanya, Myrna merasa seperti seumur hidup berada di atas helikopter.

(Baca juga: Musnahkan Jerawat dengan Masker Aspirin, Ini Langkah Mudahnya!)

Namun, itu menjadi salah satu pengalamannya sebagai sutradara film aksi.

Buat Myrna, untuk profesinya yang terpenting ialah kuat mental, sebab secara fisik pun tidak mudah dan harus bekerja sama dengan kebanyakan laki-laki.

“Jadi musti kurangin speed-nya atau enggak dikejar-kejar karena aku di belakang. Aduh kamera gue. Tunggu-tunggu, dia mundur lagi ke belakang, kita enggak bisa ngesyut lagi. Aduh ada gedung bagus kamu mesti maju ke sana biar kita dapat refleksi. Itu sih koordinasinya,” ungkap Myrna.(*)

(Aghnia Hilya N.)