NOVA.id - Melihat aksi yang gemilang dari sosok Jonatan Christie, pebulu tangkis yang berhasil meraih medali emas di ajang Asian Games membuat kita langsung mengarahkan si anak untuk menjadi pemain bulu tangkis.
Eh, belum lama melihat aksi Jojo, kita disuguhkan dengan kelincahan atlet pencak silat yang berhasil meraih emas dan akhirnya mulai ikut-ikutan menyuruh si anak untuk masuk ekstrakurikuler pencak silat.
Nah, sebagai orangtua, bagaimana seharusnya cara kita menyikapi soal ini?
(Baca juga: Tak Sekadar Nama, Ternyata Ini Makna 3 Nama Maskot Asian Games 2018)
Paling mudah, jangan buru-buru memutuskan si kecil berbakat akan sesuatu atau sebaliknya.
Karena, usia 1-12 tahun adalah masa untuk anak mengeksplorasi minat dan bakatnya.
Oleh karena itu, belum dapat dipastikan bahwa di usia balita, anak memang berbakat dan berminat pada suatu bidang tertentu.
“Di usia balita, anak masih banyak dipengaruhi oleh mood atau suasana hati, juga situasi dan orang dewasa yang mengasuhnya,” jelas Irma Gustiana A, M.Psi., Psi, Founder dan psikolog Klinik Ruang Tumbuh.
(Baca juga: Indonesia Jadi Top 5 Pembicaraan Dunia, Siapa ya yang di Ranking 1?)
Namun, bukan berarti di usia balita minat dan bakat anak belum dapat terlihat, lho.
Hal tersebut bisa diamati melalui perilaku anak sehari-hari.
Bisa jadi beberapa aktivitas yang dilakukannya merupakan bibit dari minat dan bakatnya.
Misalnya, nih, jika dia senang menggerakkan tubuhnya, mungkin saja dia berbakat secara kinestetik.
(Baca juga: Jogja Diguncang Gempa 5,8 SR, Ternyata Ini Penyebabnya Menurut BMKG)
Akan tetapi, jangan langsung diikutsertakan pada aktivitas les, perhatikan saja dulu.
Nanti, kalau anak sudah usia sekolah dasar, barulah kita bisa mengarahkannya kepada hal yang mereka senangi.
Di usia tersebut, menurut perempuan yang akrab disapa Ayank tersebut, anak sudah paham mengenai masalah komitmen dan tanggung jawab.
Selain mengamati perilaku anak seharihari, kita juga bisa menggali minat dan bakatanak dari silsilah keluarga, dimulai dari Sahabat NOVA dan suami.
(Baca juga: Sempat Menoleh dan Cengengesan ke Arah Atlet Arab Saudi, Alasan Lalu Zohri Kocak Banget!)
“Jika sudah memiliki informasi mengenai bakat yang diturunkan keluarga, maka orangtua menjadi lebih mudah untuk memetakan bakat anak. Misalnya, ayah yang senang menggambar atau ibu yang senang bermain musik,” bebernya.
Ya, dalam mengenali minat dan bakat anak memang diperlukan keterlibatan dari orangtua.
Yang paling utama, perhatian dan umpan balik dari orangtua.
Misal, ketika kita mendapati si kecil menari-nari saat mendengarkan musik, orangtua dapat memberikan penghargaan berupa pesan positif.
(Baca juga: Makeup dan Kostum Anti Mainstream, Ini Pesan Mereka di Baliknya)
Selanjutnya kita bisa memberikan arahan berupa contoh gerakan yang sederhana yang mampu ditiru oleh anak.
Ada beberapa ciri yang bisa dijadikan patokan.
Seperti si kecil terlihat intens melakukan dan mengeksplorasi apa yang dia sukai.
Selain itu, terlihat kemampuannya dalam bidang tersebut lebih baik jika dibandingkan anak lain seusianya.
(Baca juga: Jangan Takut Susah Tidur! 3 Minuman Ini Bisa Membuat Tidur Kita Nyenyak)
Dia juga cenderung tidak mudah bosan saat melakukan apa yang disukainya dan mencoba untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapinya terkait hal yang ia sukai tersebut.
Selanjutnya, kalau kita sudah yakin anak memiliki minat dan bakat pada suatu bidang tertentu, yang perlu kita lakukan adalah mengembangkannya.
“Kita bisa mengikutsertakan anak pada kegiatan nonformal, seperti ekskul atau kursus terkait dengan apa yang disukai anak. Memberikan dia kesempatan eksplorasi lebih mendalam. Juga, mendorong dan meyakinkan anak bahwa dia mampu mengembangkan kemampuannya tersebut,” papar Ayank.
(Baca juga: Penting Disimak, Anak Punya IQ Tinggi Bila Ciri-Cirinya Seperti Ini!)
Selain itu, beri kesempatan pada anak untuk mengikuti kompetisi atau tampil di depan umum.
Kedua hal tersebut mampu membuat anak belajar mengenai sportivitas, mengembangkan keterampilan sosialnya dan belajar menghadapi rasa takut.
Dengan catatan, nih, orangtua harus paham bahwa tujuan utamanya anak ikut lomba bukanlah untuk jadi pemenang.
(Baca juga: Ami Gumelar Buka Kenangan Taufik Hidayat-Jonatan Christie 5 Tahun Lalu)
Akan tetapi memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang.
Terakhir, penting pula melakukan refleksi dengan bertanya pada anak mengenai perasaannya saat mengikuti kegiatan yang sedang dia tekuni.
(Baca juga: Diangkat Jadi PNS, Jonatan Christie Beri Pesan Menyentuh untuk Para Orang Tua)
Begitu pula menggali kendala yang dia temui, agar kita bisa bersamanya mencari solusinya.
Oh ya, kita juga jangan lupa selalu mencamkan diri atas salah satu ucapan Thomas Alva Edison yang terkenal: “Anak pintar atau jenius itu hanya dibangun dari 1% bakat, 99%-nya adalah kerja keras.”(*)
(Julie Erikania)