Meminta Suami Pindah Kerja Karena Finansial Tak Menjanjikan, Etiskah?

By Nova.id, Jumat, 21 September 2018 | 09:00 WIB
Etiskah meminta suami pindah kerja? (fizkes)

NOVA.id – Tak jarang, terdapat pasangan, terlebih pihak istri menuntut pekerjaan suami yang lebih settle. Bahkan ada pula yang meminta suami pindah dari kerjaannya yang sekarang lantaran dianggap tak menjanjikan. 

Namun, etiskah jika kita meminta suami untuk pindah kerja

Anna Surti Ariani, Psi, psikolog yang banyak menangani kasus-kasus dalam pernikahan, berpendapat bahwa permasalahan istri yang lebih settle dibanding suami, hingga menganggap pekerjaan suami tidak menjanjikan atau kasarnya tidak "jelas", memang kerap terjadi dalam rumah tangga.

Baca Juga : Dibilang Mirip Barbie, Evelin Nada Anjani Photoshoot dengan Makeup Cetar dan Rambut Panjang!

Apalagi, banyak rumah tangga dibangun oleh istri yang berusia lebih lanjut dibanding suami.

“Sehingga ketika istri sudah mapan dalam hal karier sementara suami justru ‘tertinggal’ karena faktor usia tadi, tak bisa selalu dianggap negatif.

Jika usianya lebih muda, kan, wajar jika suami masih mencari kerja. Atau bisa juga saat suami baru pindah kerja sehingga ia harus menjadi junior lagi di saat sang istri sudah memegang jabatan,” terangnya.

Namun, jangan terlalu mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Ada suami yang bekerja di bidang pekerjaan yang tak menuntut pakaian formal. Ini tak bisa dikategorikan ia "tak serius bekerja". 

Baca Juga : Pergoki Lina Selingkuh, Rizky Febian Sempat Ingin Lindungi Ibunya Namun Ditolak

“Misalnya saat suami bekerja di bidang yang fleksibel hingga ia bisa mengenakan kaus ke kantor, sementara istrinya harus menggunakan blazer dan kemeja.

Bukan berarti sang pria tak serius. Pakaian resmi memang terkesan lebih sukses, tapi kenyataannya tak selalu demikian,” lanjutnya memberi contoh.

Faktanya, kedewasaan memang tak selalu identik dengan usia. Saat usia pria lebih lanjut dibandingkan wanita pun, tak menutup kemungkinan ada keluhan mengenai suami yang terkesan belum dewasa atau masih berpikir pendek. Termasuk dalam hal memilih pekerjaan. 

Jangan Menuntut, Lakukan Renungan Diri

Pada sebagian rumah tangga pun, ada beberapa pasangan yang suaminya masih mencari kerja dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan menjanjikan. 

Hal ini bisa karena sosok pria yang belum matang, tapi bisa juga karena kondisi lain misal suami baru saja terkena PHK dan sulit memulai karier baru.

Untuk kasus kedua, yakni suami yang terkena PHK dan perlu menata kembali semangatnya, kita jangan sampai menyalahkan. Pasalnya, tentu ia sangat membutuhkan dukungan dari kita.

Baca Juga : Segera Menikah, Baim Wong Malah Sebut Paula Jijik Padanya! Kenapa?

Sementara jika ia sudah memiliki pekerjaan tapi kita merasa pekerjaan itu tak menjanjikan, pertama berkaca dulu, apakah kita terlalu menuntut suami?

Jangan membandingkan penghasilan suami dengan suaminya teman, karena ini tandanya kita egois.

Teliti dahulu dari mana kita menilai pekerjaan suami tak menjanjikan. Apakah dari gaji? Bila gaji suami memang tak bisa memenuhi kebutuhan primer, kita wajar khawatir.

Sebaliknya, bila gaji suami cukup untuk membeli semua kebutuhan pokok, menabung, bahkan dapat liburan di akhir pekan, sementara kita belum cukup puas, ini berarti kita tak memperlakukan suami dengan adil.

Baca Juga : Duh, Bocah Cilik Ditangkap karena Memasukkan Jarum ke dalam Buah!

Berkomunikasi pada Suami

Nah, bila memang gaji suami ternyata di bawah UMR, tak cukup menutupi kebutuhan keluarga kita (bahkan setelah digabung dengan gaji diri sendiri), atau tak sepadan antara beban dan jam kerja berbanding gaji yang didapatkan, berarti ini memang saatnya meminta suami pindah dan mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.

Meski hati kesal, tapi jangan dilampiaskan begitu saja. Agar tak berujung pada konflik, kita harus menjaga pilihan kata dan intonasi saat hendak membantunya.

“Disadari atau tidak, banyak pria yang lebih sensitif. Jika nada bicara salah, bisa-bisa pasangan merasa diserang. Jika sudah demikian, ia bisa-bisa menjadi pelaku komunikasi yang buruk,” terang Nina.

Baca Juga : Vicky Prasetyo Gugat Cerai, Angel Lelga: Jauhkan Saya dari Orang yang Suka Maksiat

Sikap yang menuntut, ujar Nina, justru akan mengakibatkan lawan bicara menjadi defensif.

“Defensif ini bisa diwujudkan melalui dua cara, yaitu withdraw atau offend,” terangnya. Pada tipe defensif withdraw alias menarik diri, pasangan akan menjadi malas menanggapi, malas berbicara, atau lebih parah merasa malas saat harus pulang ke rumah.

“Sementara yang ofensif, bisa diwujudkan melalui sikap marah-marah, banting barang, bahkan hingga kekerasan pada pasangannya,” tambah Nina.

Baca Juga : Setelah Dupa, Dapur Asix Milik Ashanty Kini Dapat Bungkusan Kafan!