Loh, memangnya apa bedanya?
“Kalau bisnis keluarga itu biasanya yang jalanin cuma satu orang, anggota keluarga lainnya hanya ikut bekerja, bukan sebagai partner. Misal, bapaknya punya bisnis, anakikut kerja di situ, terus ada keluarga lain juga ikut kerja di situ. Tetapi kalau bisnis barengkeluarga itu lain lagi, artinya kita berpartner atau bekerja sama dengan keluarga untuk membuat bisnis,” ujar Tejasari.
Contoh bisnis keluarga yang paling simpel dan ada di sekitar kita, bahkan sejak puluhan tahun lalu adalah warung makan tegal (warteg).
Untuk mengelola warteg, tak jarang pak atau ibu warung mengajak saudara-saudara sekampung yang bekerja di situ.
Baca Juga : 5 Artis Indonesia Ini Punya Gaya yang Nyentrik Banget! Suka yang Mana?
Sementara banyak perusahaan besar di Indonesia merupakan bisnis keluarga.
Didirikan oleh sang kakek dengan berpeluh sendirian, dan kini dijalankan dengan nyaman oleh para cucu.
Namun, ada pula mitos yang menyebut “bisnis keluarga akan berhenti di generasi ketiga”.
Bahkan lebih “jleb” dikatakan: “Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”.
Baca Juga : Jadi Anggota Kerajaan, ke Toilet Saja Meghan Markle Harus Patuhi Aturan!