NOVA.id - Kalau kita kerja di kantor, lalu terima dua arahan yang berbeda, pasti kita bingung.
Bisa bayangkan, dong, betapa bingungnya anak, bila pandangan ayah dan ibunya berbeda.
Idealnya suami dan istri harus kompak, tapi nyatanya kita adalah dua individu yang berbeda.
Berasal dari dua keluarga yang berbeda, memiliki pengalaman hidup yang berbeda, wawasan yang juga berbeda.
Baca Juga : Bolehkah Kamar Mandi Ada di Dalam Kamar Tidur? Ini Kata Ahlinya
Itulah mengapa cara kita mendidik anak bisa tak selaras dengan pasangan kita.
Misalnya, soal penggunaan gadget.
Kita berusaha agar anak tidak menyentuh gadget, sementara suami selalu memberikan gadget pada anak supaya tenang. Gimana si anak?
Ya, jelas bingung. Yang satu bilang boleh, yang satu bilang enggak.
Baca Juga : Isu Rumah Tangga Terancam, Adik Ipar Zaskia dan Shireen Sungkar Pamer Penampilan Baru!
Semestinya kita dan pasangan itu satu suara.
Sebelum memberikan peraturan, komunikasikan terlebih dahulu, misalnya tentang apa itu gadget, apa manfaatnya, dan bagaimana mengelola penggunaannya agar sesuai dengan tujuan kehidupan keluarga.
“Dalam kehidupan sehari-hari, tetap perlu ada komunikasi dan kesepakatan antara suami dan istri. Jangan dianggap hal kecil atau remeh, karena karakter sejatinya dibangun dari kebiasaaan perilaku sehari-hari,” ujar Pinkan Margaretha Indira, M.Psi psikolog dari Universitas Kristen Krida Wacana dan Psikolog Wellness Indonesia.
Baca Juga : Ups, Kevin Sanjaya Kepergok Bersama Denira Wiraguna, Aktris yang Terobsesi Jadi Psikopat!
Jika kita memberikan pola asuh yang berbeda, selain bingung anak akan inkonsistensi nilai yang dapat memengaruhi perkembangan karakternya. Kok, bisa?
Orangtua merupakan agen sosialisasi pertama bagi anak.
Dari orangtua, anak belajar mengenai sikap dan perilaku sosial yang akan menjadi bekal dalam menjalin relasi sosial.
Jika anak sudah kebingunan dengan kondisi pola asuh yang berbeda di dalam rumah, maka di kehidupan sosial anak bisa-bisa kehilangan pedoman.
Baca Juga : Awas, Tulang Anak Bisa Jadi Rapuh Bila Lupa 5 Hal Penting Ini
Itulah mengapa, keselarasan pola asuh dalam hal penerapan prinsip dan nilai-nilai dasar itu penting.
Kesepakatan akan prinsip dan nilai mendasar di keluarga inilah yang kemudian diwariskan kepada anak melalui sikap dan perilaku yang nyata.
Pola asuh yang berbeda juga bisa mengancam keharmonisan keluarga, lho.
Tanpa adanya komunikasi dan kesepakatan, konflik bakal sering terjadi.
Baca Juga : Pernah Bintangi Saras 008, Nia Ramadhani Kesal Saat Kenang Perannya
Sehingga ketika terlihat perbedaan pola asuh, kita dan pasangan dapat mulai mengutarakan pengetahuan dan keyakinan masing-masing tentang pola asuh yang dianggap benar.
Secara terbuka dan rendah hati mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tiap gaya pengasuhan.
Cari titik tengah untuk mengoptimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan.
Tujuannya, agar Si Kecil mendapatkan pola asuh yang tepat.
Baca Juga : Putus Komunikasi Sejak Gugat Cerai, Lina Tiba-Tiba Kembali Telepon Sule, Ada Urusan Apa?
Ada dua unsur dasar yang harus diperhatikan orangtua dalam menentukan pola asuh.
Kasih sayang dan displin, atau kehangatan dan batasan.
Kedua unsur tersebut harus diberikan secara berimbang, konsisten, dan sesuai situasi yang dihadapi.
Baca Juga : Punya Tanda Segitiga di 5 Sisi Telapak Tangan Ini? Selamat Itu Tanda Keberuntungan!
Inilah pola asuh yang tepat.
Jika sudah berusaha menyamakan suara tapi di tengah jalan muncul perbedaan kembali, bagaimana, dong?
Kita dan suami harus memiliki kesediaan berkompromi untuk mencapai kesepakatan.
Baca Juga : Tiba-Tiba Punggung Terasa Nyeri? Tenang, Lakukan 5 Hal Mudah Ini yuk!
Kedewasaan dan kematangan pribadi tercerminkan melalui kesediaan untuk memahami perbedaan, mengelola perbedaan dan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
Jadilah satu tim yang selalu mengupayakan kerja sama dan kolaborasi bukan berkompetis agar menghasilkan situasi yang kondusif bagi perkembangan anak secara optimal.(*)
(Maria Ermilinda Hayon)