NOVA.id - Pernahkah Sahabat NOVA mengalami kaki terasa panas seperti terbakar atau kesemutan di malam hari ketika akan tidur?
Jika pernah merasakan hal itu, sebaiknya mulai kini kita wajib waspada.
Pasalnya, gejala-gejala semacam itu bisa jadi merupakan tanda awal dari penyakit restless legs syndrome (RLS) atau sindroma kaki gelisah.
"RLS bisa terjadi pada segala usia, tapi lebih sering menyerang orang berusia 40 tahun ke atas," kata Dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S.
Baca Juga : Cerai 2 Kali Hingga Diusir Suami, Begini Kisah Mantan Istri Hengky Kurniawan
Biasanya, gerakan kaki terjadi spontan, dan tak bisa dicegah layaknya orang sedang "pencak silat".
Penderita akan merasa lebih nyaman setelah kaki digerak-gerakkan atau berjalan.
Gejala RLS biasanya lebih sering muncul di malam hari, terutama setiap kali mau tidur.
"Akhirnya, keluhan yang muncul, si penderita tak bisa tidur (insomnia), baik susah memulai tidur maupun sulit mempertahankan tidur," ujar Rima.
Baca Juga : Bila Ardi Bakrie Mau Izin Poligami, Begini Jawaban Nia Ramadhani!
Meskipun akhirnya bisa terlelap, seringkali muncul gejala ikutan, yaitu periodic limb movement disorder (PLMD) atau gerakan kaki yang muncul di saat tidur.
Gerakan ini juga spontan.
Meskipun hanya gerakan kecil, tapi cukup mengganggu dan membuat penderitanya terbangun.
Penyebabnya pun belum diketahui.
Baca Juga : Ernest Prakasa Rencanakan Usir Anaknya dari Rumah setelah Lulus SMA, Kenapa?
Sebagai catatan, tak semua penderita RLS mengalami PLMD dan sebaliknya, atau keduanya.
"RLS biasanya bersifat periodik, bisa timbul beberapa lama, lalu hilang dan timbul lagi.RLS terjadi akibat adanya kekurangan neurotramsmitter, zat kimia di otak yang bernama dophamin," bebernya.
Menurut Rima, biasanya yang akan terganggu adalah saraf tepi.
Fungsi dophamin umumnya untuk mengatur gerakan.
Baca Juga : Afgan Unggah Foto Mesra di Ultah Rossa ke-40, Ini yang Dilakukan Rossa
Contohnya penderita penyakit Parkinson yang mengalami tremor atau susah berjalan.
"Itu karena mereka kekurangan dophamin. Pemberian dophamin bisa juga menjadi diagnosa RLS. Bila setelah diberi dophamin sembuh, berarti memang RLS," ungkap Rima.
Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, sejumlah kasus dihubungkan dengan diabetes dan gagal ginjal.
Beberapa lainnya juga dihubungkan dengan kurangan zat besi.
Baca Juga : Tanggapi Kabar Maia Estianty Menikah, Ini Reaksi Spontan Ahmad Dhani!
Zat besi ini merupakan pembentuk dophamin.
"Di luar itu, RLS bisa juga terjadi pada orang yang tak punya riwayat penyakit diabetes atau gagal ginjal," lanjut Rima.
Pengobatan RLS sebetulnya juga sangat mudah, yakni dengan mengonsumsi obat pengganti dophamin dan RLS juga bisa sembuh dengan sendirinya.
"Banyak orang, bahkan dokter, yang belum tahu RLS. Akhirnya diberi obat macam-macam. Dan karena kebanyakan keluhan yang datang adalah insomnia, lalu yang diberikan adalah obat tidur, jadi tak menolong sama sekali," terangnya.
Baca Juga : Tumbuh Tanpa Orang Tua, Ini Potret Ceria Keanu Massaid Tamasya Bersama Kakek Neneknya
Pengobatan RLS bisa sangat mengganggu penderita. Contoh ekstremnya, penderita RLS selama 3 bulan tak bisa tidur.
"Bayangkan, tak tidur selama 3 bulan. Kualitas hidupnya pasti akan turun," tukas dia.
Jika RLS terjadi akibat adanya riwayat penyakit diabetes atau gagal ginjal, selain RLS-nya, penyakitnya pun harus disembuhkan.
Begitupun jika kekurangan zat besi.
Baca Juga : Dituding Lakukan Pelecehan Seksual pada Kathryn Mayorga, Cristiano Ronado Blak-blakan Ungkap Hal Ini!
"Harus ditambah konsumsi makanan dan suplemen untuk menambah zat besinya," saran dia.
Sementara untuk mengurangi gejala, pijatan dan berendam di air hangat bisa membantu.
Selain orang dewasa, RLS juga ternyata bisa menyerang anak-anak.
Baca Juga : Ulang Tahun ke-48, Gauri Istri Shah Rukh Khan Awet Muda Tanpa Makeup!
Gejalanya sama dan penyebabnya pun belum ketahuan.
Hanya saja, RLS pada anak-anak biasanya bersifat familial.
"Artinya, di dalam keluarganya bukan hanya anak itu yang menderita. Saudaranya, orang tuanya, atau kakeknya pun menderita," tutupnya.(*)
(Hasto)