Para peneliti menganalisis informasi lebih dari 3 juta orang menggunakan dua panel online, survei nasional, data rekening bank, dan data geografis.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan keramahan dikaitkan dengan skor kredit dan pendapatan yang lebih rendah," kata Matz.
Menurutnya, periset ingin melihat apakah asosiasi itu berlaku untuk indikator keuangan. Oleh karena itu, periset juga ingin melihat mengapa orang-orang yang baik tampaknya tidak bisa menjadi sangat kaya.
Penelitian sebelumnya juga menemukan hubungan antara kepribadian neurotik dan utang yang lebih tinggi ditambah dengan peningkatan belanja kompulsif.
Sementara itu, pribadi yang teliti atau berhati-hati lebih mungkin untuk menghemat uang dan menghindari utang.
Baca Juga : Jenazah Belum Diketahui dan Akui Tewas di Konsulat, Begini Kronologi Kasus Jamal Khashoggi
Namun, periset menggarisbawahi bahwa masalah keuangan tidak mempengaruhi semua orang baik secara setara. Pendapatan tetap menjadi prediktor kunci mengenai kesehatan finansial seseorang.
"Hubungan antara kebaikan dan kesulitan keuangan lebih banyak ditemukan untuk individu berpenghasilan rendah, yang tidak memiliki sarana keuangan untuk mengompensasi dampak merugikan dari kepribadian mereka yang menyenangkan," kata Gladstone.
Berdasarkan data dari riset terkait yang meneliti orang di atas 25 tahun, peneliti juga menemukan tingkat kebaikan atau sikap menyenangkan seseorang di masa kecil bisa menjadi prediktor untuk masalah keuangan di masa dewasa.
"Hasil riset membantu kami untuk memahami satu faktor potensial yang mendasari kesulitan keuangan, yang dapat memiliki implikasi serius bagi kesejahteraan masyarakat," kata Matz.
Baca Juga : Berjuang Lawan Leukimia, Shakira Sempatkan Beri Kado Manis untuk Jerry Aurum, Netizen Nangis!