Siapa Bilang Belajar ala Montessori Itu Susah? Ini Trik dari Ahlinya

By Healza Kurnia, Selasa, 23 Oktober 2018 | 10:25 WIB
Ilustrasi pembelajaran Montessori kepada anak (istock)

NOVA.id - Pernahkah Sahabat NOVA memasukkan anak kita ke sebuah sekolah dengan metode Montessori?

Mungkin istilah Montessori kerap kali kita dengarkan ketika akan memasukkan anak ke sebuah institusi pendidikan.

Banyak yang menganggap seorang anak yang pernah mendapatkan pembelajaran dengan metode Montessori dapat membentuk dahulu karakter si anak yang mandiri dan berbudaya sebelum memasuki lingkungan akademis dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya.

Akan tetapi, sebenarnya, apa asyiknya, sih, metode ini?

Baca Juga : Ini Pengakuan Keluarga Rini Puspitawati Sebelum Meninggal Dunia, Firasatkah?

Sekadar mengingatkan, di metode Montessori ini belajar bukan hanya dengan mendengar, tapi anak juga diminta aktif menyampaikan.

Karenanya, anak bebas untuk memilih kegiatan dia sendiri, sesuai untuk rentang usianya.

Montessori juga mengajarkan keteraturan dalam beraktivitas.

Misalkan, nih, saat belajar dan menggunakan alat peraga, anak diberikan kebebasan untuk menggunakan berbagai macam alat peraga selama dua jam.

Baca Juga : Berkaca dari Kecelakaan Maut Rini Puspitawati, High Heels Penyebab Pedal Gas Tak Bisa Lepas, Waspada!

Alat-alat yang dibuat mini itu diambil, ditata, digunakan, dirapikan, dan dikembalikan kembali ke tempat semula pun oleh anak itu sendiri.

Lalu apa peran guru?

Peran guru hanya menjelaskan sesuatu kepada anak saat anak bertanya.

Tujuannya, agar rasa ingin tahu si anak bisa muncul.

Baca Juga : Unggah Foto Mesra dengan Suami, Soimah Bandingkan dengan Andhika Pratama dan Ussy Sulistiawaty

Tapi karena metode Montessori ini memang berbeda jauh dengan metode yang berlaku pada sekolah umum yang berlaku di Indonesia, tentu seorang anak harus bisa beradaptasi dengan cepat.

Prinsip pembelajaran Montessori berbasis pada anak.

Anak bebas beraktivitas dalam lingkungan belajarnya sehingga mampu mengonstruksikan sendiri perkembangan berpikirnya.

Hal tersebut mampu membuat anak menjadi lebih kritis.

Baca Juga : Gelar Hanum Rais Terancam Dicabut, Ini 4 Fakta Kasusnya Terkait Ratna Sarumpaet!

Guru berperan sebagai penguat dari konsep yang telah anak dapatkan.

Sementara, pada sekolah umum, sebelum mulai kegiatan belajar, guru memberikan pakem berpikir yang diperlukan anak dalam menyelesaikan satu tugas.

Namun, di dalam satu pakem itu tetap tersedia ruang berpikir bagi anak untuk mengembangkan proses berpikirnya.

Anak yang telah belajar dengan metode Montessori akan dengan mudah melakukannya.

Baca Juga : Terlihat Sabar, Raffi Ahmad Ungkap Sifat Asli Nagita Tak Seperti di TV!

Karena, mereka terbiasa menyelesaikan tugas dengan mandiri dengan instruksi dan tutorial yang terbatas.

Nah, tugas orangtua mengawal anak agar tetap dapat mengembangkan prinsip-prinsip berpikir yang telah dimiliki sebelumnya.

Anak lebih terbiasa dengan alat peraga dan fasilitas yang berwarna dan menarik.

Saat anak masuk ke sekolah umum, anak tentu akan kehilangan fasilitas alat peraga itu.

Baca Juga : Tak Mau Makan Hidangan Tahanan, Ratna Sarumpaet Diet dengan Menu Ini

Namun tenang saja, saat anak masuk ke sekolah dasar, tahapan berpikir anak sudah masuk ke tahap operasional konkret sehingga sudah mulai dapat berpikir abstrak.

Anak berusia di bawah 7 tahun akan sulit melakukan berhitung tanpa ada objeknya.

Karenanya, orang dewasa perlu menyediakan benda sebagai alat bantu seperti lidi, balok, atau benda lainnya agar memudahkan anak berhitung.

Dengan masuknya anak ke sekolah dasar, perlahan anak akan mampu beradaptasi dengan fasilitas pengajaran sekolah umum yang berbeda dengan fasilitas yang diterima saat di taman kanak-kanaknya.

Baca Juga : Akui Clift Sangra Perintahkan Bunuh Ratu Horror, 3 ART Ini Saksi Kunci Kematian Suzzanna?

Di awal masuk sekolah, orangtua perlu menyampaikan kepada anak mengenai ketidakhadiran fasilitas serta alat peraga seperti di taman kanak-kanak dulu.

Jelaskan, bahwa mereka sudah tumbuh besar sehingga barang-barang juga disesuaikan dengan anak besar.

Terus motivasi anak untuk tetap mandiri dan beradaptasi dengan fasilitas yang ada.

Dalam metode Montessori anak bereksperimen pada prepared environment.

Baca Juga : Gandeng Hotman Paris, Dewi Perssik Siap Somasi Perempuan Berinisial RM

Mereka berada dalam lingkungan atau ruangan yang sesuai standar Montessori yang aman, bersih, dan mendukung anak mengeksplorasi dengan aturan yang jelas.

Beberapa sekolah umum juga menerapkan prinsip eksplorasi, dengan demikian keterampilan mengeksplorasi ini tetap dapat digunakan oleh anak khususnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya proyek.

Namun ada juga sekolah umum yang tidak memberikan ruang eksplorasi.

Karenanya, orangtua harus tetap mempertahankan keterampilan ini di rumah saat bermain sambil belajar bersama orangtua.

Baca Juga : Perihal Sudah Nikahi Rossa, Ibunda Afgan Sempat Ungkap Hal Ini!

Eksplorasi ini baik sekali untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan daya pikir kritis pada anak.

Nah, harusnya tidak ada masalah kan, buat anak “lulusan” Montessori yang mau masuk sekolah dasar umum?

“Kekhawatiran itu muncul hanya ketika kita tidak cukup memiliki keyakinan kepada anak anak kita. Padahal setiap anak sudah terlahir dengan kecerdasan yang luar biasa di dalam diri mereka masing-masing. Tinggal bagaimana kita sebagai pendamping memberikan keyakinan dan dukungan penuh mengawal perjalanan mereka,” tutup Onyx.(*)

(Kontributor NOVA)