Proses pengeluaran sampah dari perut paus sperma.
Menurut riset, pada tahun 2050, rerata spesies laut di Bumi akan mengonsumsi plastik. Namun melihat berbagai kejadian terkait, kami takut bahwa hal tersebut tidak memerlukan waktu lama hingga terjadi.
Bisa saja dalam beberapa tahun kabar buruk tersebut terjadi bila kita tidak mau mengubah perilaku kita terhadap penggunaan plastik sekali pakai.
Baca Juga : Dinikahi Pesepak Bola, Mantan Istri Pasha Ungu Kini Tinggali Rumah yang Jauh dari Kesan Mewah
Lihat postingan ini di Instagram
Mulai dari terjebak di jaring-jaring yang tersebar di lautan sampai memakan plastik yang mereka anggap makanan, mahluk-mahluk di lautan kita hari ini sekarat oleh bahan yang kita ciptakan. Plastik. . Kisah pilu soal plastik ini kembali datang ke meja redaksi dari perairan desa Kapota, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Bangkai Paus Sperma (Sperm whale/ P. macrocephalus) sepanjang 9.5 m diketemukan oleh La Ode M. Saleh Hanan, volunteer yayasan Wakatobi/Ketua Badan Promosi Wakatobi bersama rekan-rekan WWF dan Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan Wakatobi, menggunakan kapal cepat Taman Nasional Wakatobi. Isi perut mahkluk malang ini dipenuhi oleh tutup galon, botol plastik, tali rafia, sendal jepit, wadah makanan plastik, gulungan besar terpal, dan banyak sekali kantong plastik. Sebagian besar limbah tersebut sudah berubah warna kelam menandakan tertelan oleh Paus ini sejak lama. . Perlu bukti apalagikah kita soal #bumiatauplastik? 2050 riset kami menunjukkan rata-rata spesies laut Bumi akan mengonsumsi plastik, tidak perlu menunggu lama, 2018 baru beberapa hari ini kita diberi bukti dari halaman rumah kita, Indonesia. . Ajakan seperti terlalu halus menghadapi permasalahan plastik, sekali lagi kami bertanya #bumiatauplastik? Hari ini kami ingin kalian berteriak kencang bersama kami, #SAYAPILIHBUMI !!! Ibu @susipudjiastuti115 @kkpgoid ibu @siti.nurbayabakar @kementerianlhk Kami bersama pemerintah untuk menyiasati darurat plastik, semoga perubahan lekas kita upayakan. #wakatobi #spermwhale #shore #indonesia #plastic #conservation Video oleh: La Ode M. Saleh Hanan
Sebuah kiriman dibagikan oleh National Geographic Indonesia (@natgeoindonesia) pada 19 Nov 2018 jam 1:53 PST
Baca Juga : Menikah dengan Mualaf Belanda, Begini Pesona Anak Tiri Fenny Bauty yang Jarang Terekspos
Kami, National Geographic Indonesia mengajak sahabat-sahabat semua untuk senantiasa menjaga Bumi kita dari permasalahan sampah plastik yang kita buat.
Lihat postingan ini di Instagram
Kabar lanjutan mengenai diketemukannya seekor Paus Sperma terdampar dan membusuk di perairan Wakatobi. Rangka Paus akan digunakan sebagai bahan penelitian dan ajar bagi edukasi generasi masa datang. Mahluk ini masih berjasa bagi kita manusia untuk belajar, sekarang pertanyaannya kapan kita mau berubah sehingga bisa belajar dan hidup berdampingan dengan mahluk-mahluk mengagumkan ini? Berikut release yang kami dapatkan dari rekan AKADEMI KOMUNITAS KELAUTAN DAN PERIKANAN: . Saat itu Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan (AKKP) Wakatobi bersama dengan WWF SESS, Balai Taman Nasional Wakatobi, dan masyarakat sekitar melakukan peninjauan lapangan pada tanggal 19 November 2018 sekitar pukul 08.00 WITA. Berdasarkan hasil peninjauan lapangan, jenis Paus yang terdampar merupakan Paus Sperma (Physeter macrocephalus) dengan ukuran panjang ± 9,5 meter dan Diameter badan ± 437 cm dalam keadaan mati dan sudah mulai membusuk. . Awalnya kami (AAKP) hanya ingin melakukan peninjauan Paus terdampar sesuai dengan SOP oleh WWF SESS. Namun, ketika sampai di lokasi terdapat beberapa warga yang sedang membedah Paus terdampar tersebut. Kami dikejutkan dengan adanya beberapa botol plastik yang dikeluarkan dari saluran pencernaan paus. Selanjutnya kami mengambil seluruh sampah yang terdapat di saluran pencernaan paus terdampar tersebut. . Hasil identifikasi isi perut paus yang dilakukan di oleh Dosen AKKP Wakatobi ditemukan sampah plastik dengan komposisi sampah gelas plastik 750 gr (115 buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah ), kantong plastik 260 gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 (2 buah), karung nilon 200 gr (1 potong), tali rafia 3260 gr (lebih dari 1000 potong) sehingga total berat basah sampah yaitu 5,9 kg. Dosen AKKP Wakatobi akan melakukan analisis lebih lanjut terkait sampel sampah yang diambil dari saluran pencernaan paus tersebut. . Rencananya rangka paus nantinya akan dipindahkan ke kampus AKKP Wakatobi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan penelitian. Untuk sementara belum bisa dipastikan penyebab kematian dari paus sperma . Sumber dan foto @irpansejati . #sayapilihbumi
Sebuah kiriman dibagikan oleh National Geographic Indonesia (@natgeoindonesia) pada 20 Nov 2018 jam 1:55 PST
Baca Juga : Segera Lepas Masa Duda, Deddy Corbuzier Lamar Kekasihnya Secara Romantis!
Oleh karena itu, kami tidak akan pernah bosan untuk bertanya, "Bumi atau plastik?". Dan hari ini kami mengajak sahabat-sahabat semua untuk lantang berteriak "Saya pilih Bumi!"
Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul, "Nahas, Paus Sperma Mati dengan Berbagai Sampah di Dalam Perut ".
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Ini 5 Cara agar Tidak Boros dalam Menggunakan Dompet Digital
KOMENTAR