NOVA.id – Gelombang tinggi tsunami kembali terjadi di wilayah Indonesia, kali ini di areal Selat Sunda.
Sabtu (22/12) malam, wilayah pesisir Banten dan Lampung diterjang tsunami.
Menurut kesaksian warga setempat di pesisir Banten dan Lampung, gelombang tinggi tsunami tersebut diawali dengan surutnya air laut.
Baca Juga : Jangan Salah! Ini Dia Cara Menggoreng Makanan yang Tepat Agar Tetap Sehat
Seorang saksi mata, Kamila Aprianti (18) menceritakan, pantai di belakang Hotel Marina Anyer sempat surut sekitar pukul 19.00 WIB.
"Ombak dari sore sudah besar, tapi pas jam 7 malam itu sempat menghilang dan air laut surut banget, saya sih belum berpikir macam-macam saat itu," cerita Kamila, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga : Jadi Bisnis Menjanjikan, Ini 5 Hal yang Perlu Kita Ketahui untuk Mendirikan Startup
Ia mengungkapkan, selang 10 menit setelah air surut, ombak besar datang menghempas ke daratan.
Hal ini diikuti oleh air yang terus naik hingga ke pekarangan hotel.
Kamila yang sedang bersama teman-temannya langsung berhamburan keluar bersama pengunjung hotel yang lain.
Baca Juga : Korban Meninggal Tsunami Banten Jadi 43 Orang dan 548 Luka-Luka
"Saya lihat di jalan sudah ramai sekali warga dan wisatawan lain, ada teriakan tsunami-tsunami, semua panik, jalan raya sudah tergenang air setinggi tumit saya, banyak yang berlarian dan bawa kendaraan masing-masing menuju arah bukit," paparnya.
Sementara itu, Kamila memilih untuk menyelamatkan diri ke rumahnya yang tak jauh dari lokasinya berada saat kejadian.
Baca Juga : Wajahnya Lebam, Komedian Ade Jigo Ceritakan Detik-Detik Tsunami Banten Hingga Mohon Bantuan
Ia tinggal di Kampung Kosambi, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, yang berada sekitar 500 meter dari hotel.
Menurut pengakuannya, air laut baru surut dari daratan sekitar pukul 24.00 WIB.
Baca Juga : Tangisnya Pecah, Ifan Seventeen Kabarkan Istrinya Hilang dan 2 Rekannya Meninggal karena Tsunami Banten
Ia berujar pada saat itu, belum ada warga yang berani untuk kembali ke pantai karena khawatir akan terjadi tsunami susulan.
"Apalagi sekarang tengah hujan deras, kami para perempuan tetap terjaga di dalam rumah, sementara pemuda dan bapak-bapak ronda di halaman depan," pungkas Kamila.(*)
Source | : | kompas |
Penulis | : | Alfiyanita Nur Islami |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR