NOVA.id – Pasca tsunami Banten yang terjadi Sabtu (22/12)lalu, TNI Angkatan Laut menemukan hal aneh di dasar laut Selat Sunda.
Tsunami Banten yang datang tanpa diikuti gempa itu diduga terjadi akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Usai terjadi erupsi dan tsunami, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan adanya pendangkalan dasar laut di Selat Sunda.
Baca Juga : Jangan Salah! Ini Dia Cara Menggoreng Makanan yang Tepat Agar Tetap Sehat
Dikutip dari Tribunnews, TNI AL juga menyebut adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau.
Hal ini diketahui dari artikel terbitan Tnial.mil.id pada 1 Januari 2018.
Baca Juga : ART Anang Ashanty Bongkar Pesan WhatsApp Sang Bos dengan Dayang Cinerenya saat Asyik Liburan Tahun Baru!
Menurut Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. dari data hasil survei hidro-oseanografi Pushidrosal tahun 2016 dan data Multi Beam Echosounder (MBES) hasil Survei Tim Pushidrosal pada tgl 29 sd 30 Desember 2019, perairan di Selatan Gunung Anak Krakatau diperoleh perubahan kontur kedalaman 20 sd 40 m lebih dangkal.
Tentunya hal ini dikarenakan adanya tumpahan magma dan material longsoran Gunung Anak Krakatau yang langsung jatuh ke laut.
Baca Juga : Ramdan Alamsyah Sebut Calon Enyak di Unggahannya, Kimmy Jayanti Hamil?
“Selain itu dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Anak Gunung Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 m2 atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk.
Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma Gunung Anak Krakatau yang berasal dari bawah air laut,” ujar Kapushidrosal saat meninjau langsung KRI Rigel di perairan Banten, dikutip dari Tribunnews.
View this post on Instagram
Baca Juga : Tak Hanya Cukur Rambut, Ini Dia Potret Kemesraan Raisa Bersama Hamish Daud
“Selain itu data batimetri, oseanografi, data layer dasar laut yang diperoleh dari peralatan sub bottom profiling (SBP) diharapkan dapat diteliti dan dianalisis lebih detail lagi oleh peneliti, pakar dan akedemisi.
Sehingga mampu memberikan informasi kepada pemerintah serta masyarakat fenomena yang terjadi pasca erupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda,” pungkas Kapushidrosal.(*)
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Alfiyanita Nur Islami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR