Sebab, dari pengetahuan, bisa timbul rasa peduli yang besar antarsesama manusia, dan motto dari tempatnya menimba ilmu dahulu bisa terealisasi di tanah kelahirannya.
Untuk itulah, tak heran bila Atun turut berperan menggunakan pengetahuannya menjadi aktivis perdamaian di Lombok.
Karena lebih lanjut, Atun juga menyebut bahwa manusia juga harus memiliki dasar dari sebuah kehidupan agar mencapai hidup yang lebih seimbang.
Baca Juga : Setelah Menikah, Begini Potret Kebersamaan Syahrini dan Reino Barack yang Tertangkap Kamera
"Ada kebutuhan paling mendasar yakni kebutuhan kedamaian, ini penting dan mendasar. Kalau nggak ada perdamaian, nggak bisa pakai baju, nggak bisa makan, karena terus berperang," jelasnya.
Tak hanya itu, dengan bergabungnya Atun menjadi Aktivis Perdamaian, dirinya juga ingin mengajak masyarakat sekitar untuk memahami betul rasa dari sebuah ketenangan tanpa ada perpecahan.
Baca Juga : Pelecehan Seksual Lagi-Lagi Terjadi, Perempuan Ini Dilecehkan Instruktur Mengemudi selama 4 Jam!
"Jadi di sini saya sekalian belajar," tuturnya.
Selain Atun, acara yang diselenggarakan oleh The Habibie Center (THC) yang bekerjasama dengan UN Women, jelang Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2019 juga turut mengundang pembicara wanita-wanita hebat yang ikut berjuang untuk sebuah perdamaian.
Yakni Sakdiyah Maruf (standup comic dan BBC 100 Women 2018), Cherly C. Laisina atau Mama Othe (Aktivis Perdamaian Ambon), Lily Puspasari (Program Management Specialist, UN Women), dan Nurina Vidya Hutagalung (Program Manager The Habibie Center). (*)
Sarah Sudrajat
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR