Tentunya, hal ini memiliki latar belakangnya sendiri.
Sejak usia dini, orang Jepang sudah diajari menghargai ketepatan waktu, pentingnya untuk tidak terlambat, atau memikirkan ketidaknyamanan orang lain jika terlambat.
Bahkan Kanako Hosomura (35), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Saitama, mengatakan bahwa dia amat benci keterlambatan meski hanya semenit dan tak akan berteman dengan seseorang yang tidak bisa menepati waktu dan membuat orang lain tak nyaman.
Baca Juga : 7 Fakta Debat Cawapres 17 Maret 2019: Persiapan Kedua Cawapres hingga Adanya Komite Damai
Obsesi Jepang atas ketepatan waktu kerap dianggap mereka yang berkunjung ke Jepang sebagai kebiasaan terbaik negeri itu.
Padahal kenyataannya, dulu Jepang pernah bersikap amat santai, lho. Terutama di masa pra-industrial hingga akhir 1800-an.
Willem Huyssen van Kattendijke, seorang perwira AL Belanda yang datang ke Jepang pada 1850-an, menulis di catatan hariannya bahwa warga Jepang tidak pernah datang tepat waktu.
Baca Juga : Ayahnya Meninggal, Eddies Adelia: Saya Malu Menjadi Anak, Kenapa?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR