Pada 1920-an, ketepatan waktu dilembagakan dalam berbagai propaganda negara.
Berbagai poster soal ketepatan dan penghematan waktu disebar.
Misalnya bagaimana cara perempuan menata rambut dalam lima menit jika tak ada acara khusus.
Sejak saat itulah, ketepatan waktu dikaitkan dengan produktivitas di perusahaan dan organisasi.
Baca Juga : Dikabarkan Melakukan Percobaan Bunuh Diri, Putri Michael Jackson Menyangkal
Demikian penjelasan Makoto Watanabe, guru besar ilmu komunikasi dan media di Universitas Bunkyo Hokkaido.
Sayangnya, ketepatan waktu ini pun lama-kelamaan memengaruhi kualitas warga Jepang, hingga beberapa kalangan menyebut aturan tepat waktu di sana sebagai sesuatu yang ekstrem.
“Banyak teman saya yang datang dari Jepang ke Kanada, tak ingin pulang. Mereka suka makanan dan hiburan di Jepang, tetapi mereka tak ingin bekerja di sana,” jelas Yukio Kodata (33), warga Kanada keturunan Jepang yang kini tinggal di negeri leluhurnya.
Pada akhirnya, semua punya konsekuensi, ya, Sahabat NOVA!
Namun kira-kira, apa yang terjadi dengan Indonesia bila ketepatan waktunya seketat Jepang, ya?(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR