NOVA.id - Mengonsumsi makanan dan minuman manis mungkin menjadi salah satu sumber kebahagiaan bagi sebagian kita.
Ehem, coba ingat-ingat nikmatnya menyeruput segelas cokelat hangat atau es kopi susu dengan gula atau sirup karamel. Yum!
Rasa manisnya sering kali membuat pikiran menjadi lega terutama ketika stres.
Alasan kita merasa senang saat mengonsumsi makanan manis bisa dijelaskan secara ilmiah.
Ketika kita mengonsumsi gula, otak melepaskan dopamin yang bertanggung jawab membuat kita merasakan senang, puas, bahagia.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa cokelat seperti dark chocolate bisa membantu menurunkan tekanan darah.
Hal ini berkat zat kimia dalam tanaman yang disebut flavanol, yang mampu memperbaiki aliran darah.
Namun, tetap perlu diingat bahwa mengonsumsi gula sebaiknya dilakukan dengan bijak
Sebab masih banyak yang belum memahami bahwa mengonsumi gula secara berlebih tidaklah baik untuk kesehatan, apalagi jika sudah memasuki usia lanjut.
Situs The Health Sites menjelaskan bahwa mengonsumsi gula secara berlebih memberikan dampak buruk pada kesehatan jantung.
Baca Juga: Gula Pasir, Gula Batu, Gula Jawa, Sweetener, Mana yang Lebih Baik?
Banyak penelitian menyebutkan jika gula tersebut bisa memberikan radang pada dinding jantung yang menjadi sumber penyakit.
Selain itu, mengonsumsi gula berlebih juga menjadi penyebab berat badan bertambah, sehingga berpotensi menyebabkan obsesitas.
Penelitian dari JAMA (The Journal of the American Medical Association) menyebutkan bahwa seseorang yang menerima gula di tubuhnya sekitar 17% hingga 21% dari total kalori yang dikonsumsi, bisa berpotensi terhindar dari risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit-penyakit jantung.
Berangkat dari pemasalahan ini lebih baik Sahabat NOVA juga mulai mengatur pola makan terutama dalam mengonsumsi gula.
Lalu bagaimana dengan kenikmatan masakan Indonesia yang hampir semuanya berasa manis dan memiliki kandungan gula seperti gula merah, kecap, hingga gula aren?
“Prinsipnya gula pasir, gula kristal dan gula cokelat itu aman.
"Namun tidak boleh dikonsumsi berlebihan secara terus menerus karena akan meningkatkan gula darah dan beresiko gemuk serta diabetes,” Jelas Prof Dr Hardinsyah MS, Guru Besar Ilmu Gizi IPB dan Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia kepada NOVA.
Sebab, WHO – Lembaga Kesehatan Dunia- menyarankan untuk mengatur pola makan konsumsi gula di mana seseorang per harinya hanya boleh mendapatkan 20 % asupan energi bahkan jika bisa disarankan 10% saja.
Akan tetapi bagi kamu yang ingin mengganti gula kimia sebenarnya bisa saja.
Apalagi mengonsumsi bahan-bahan pemanis dari buah-buahan atau herbal jauh lebih menguntungkan untuk kesehatan.
Salah satunya daun Stevia, rasa manisnya begitu enak seperti gula merah dan daun ini memiliki banyak manfaat di antaranya mengurangi risiko kanker payudara, menurunkan kolesterol jahat, menurunkan berat badan, mencegah jerawat hingga mengurangi gigi berlubang.
“Di Indonesia sudah banyak pemanis herbal dan bisa dikonsumsi dengan aman.” lanjutnya.
Selain mengganti rasa manis melalui pemanis alami seperti stevia, Sahabat NOVA juga bisa mengganti rasa manis dengan mengonsumsi buah-buahan seperti semangka, mangga, pisang, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, jika memang masih ingin mengonsumsi gula buatan lebih baik perhatikan terlebih dahulu kandungan kalori dalam sebuah produk.
Penasaran seperti apa rasanya ya? (*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR