NOVA.id - Di dunia yang serba maju dan berkembang seperti ini, siapa sih yang enggak menggunakan alat-alat elektronik?
Dari yang kecil sampai besar, mulai dari remote tv, handphone, laptop, charger, lemari es, televisi dan masih banyak lagi.
Kenyataannya barang-barang elektronik tersebut dapat rusak dan tidak terpakai lagi.
Coba saja cek lemari dan laci rumah kita, barangkali ada timbunanan sampah elektronik di sana.
Mungkin beberapa orang masih bertanya-tanya, apa sih sampah elektronik itu?
“E-Waste itu sering dikenal dengan sampah elektronik sekarang aja pasti bawa bawa handphone bawa bawa kamera itu semua perangkat electronik dan kalau perangkat – perangkat atau barang - barang itu rusak, enggak mungkin dibetulin lagi itu namanya sampah elektronik,” jelas aktivis lingkungan muda, Rafa Jafar.
Baca Juga : Gemasnya Cucu Presiden Jokowi, Jan Ethes Pakai Sepatu Burberry, Harganya Setara Smartphone!
Semua barang elektronik itu memerlukan baterai sebagai penguat daya jika mau menggunakannya.
Rafa mengatakan bahwa baterai merupakan barang yang keberadaannya sangat penting di masa depan.
“Masih banyak orang tidak tahu bahwa racun di dalam baterai itu berdampak kepada lingkungan,” ujar anak kelahiran 2003 itu.
Baca Juga : Nagita Slavina Dikabarkan Hamil, Syahnaz Sadiqah: Doain Juga, ya
Celakanya, jika sampah elektronik ini tidak dapat diolah dengan benar justru akan memberikan dampak negatif bagi manusia.
Baterai sebagai sumber utama barang elektronik menjadi sampah elektronik yang paling banyak dan menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Hal ini karena baterai mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3).
Baca Juga : Dikabarkan Dekat dengan Gading Marten, Ini Rahasia Awet Muda Sophia Latjuba yang Sering Bikin Iri Netizen
Saat ini ada dua jenis baterai yang umum digunakan, yaitu baterai primer (sekali pakai) dan baterai sekunder (baterai rechargable).
Baterai menggunakan logam berat seperti timbal, merkuri, mangan, nikel, lithium, dan kadmium yang dalam jumlah kecil pun bisa berbahaya.
Jika zat-zat ini masuk ke dalam tubuh manusia maka bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang sangat serius seperti dapat merusak otak dan sistem syaraf manusia.
Memang dampak ini adalah dampak jangka panjang sehingga banyak orang yang belum menyadarinya.
Hal ini menjadi perhatian penting bagi kita semua.
Dibutuhkan niat dan komitmen kita bersama agar sampah baterai ini tidak meluas dan mencemari tanah air kita ini.
Baca Juga : Tak Kalah dari Gisel dan Wijin, Gading Marten Sambangi Rumah Sophia Latjuba!
Apa rela melihat tempat-tempat indah di Indomesia ini menjadi tempat sampah beracun sehingga tidak layak lagi ditempati dan dikagumi?
Ayo mulai peduli! (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR