Pernah setelah seminggu pernikahan, dia memukul saya dan melempar helm ke muka saya hanya karena saya tidak mau menemani A berbelanja sepatu sekolah adiknya, posisinya waktu itu, saya lelah setelah acara resepsi kedua di rumah mertua.
Setelah itu, suami saya juga tidak pernah berhubungan dengan saya seperti pasangan pengantin baru lain. Selama satu bulan saya diam, karena saya tidak berani menanyakan alasannya, barulah setelah tiga bulan, saya bertanya dan suami cerita kalau dia tidak bisa “bangun”, digoda dan dirayu seperti apa pun, tidak pernah ada rangsangan.
Enam bulan, saya mengajak suami berobat ke dokter dan pengobatan tradisional, tapi tidak berhasil, sepuluh bulan, semua cara sudah dicoba, tetap tidak ada hasil.
Setelahnya, saya putuskan cari kerja, tak lama, saya mendapat pekerjaan setelah pindah kembali ke rumah orangtua, saya pindah karena kakak ipar saya, T, sangat jahat ngomongnya, selalu membahas keuangan dan anak.
Setahun sama mertua, saya mulai hidup baru di rumah orangtua, saya sangat bahagia karena tak ada beban, selalu fokus kerja, tanpa terasa usia pernikahan saya masuk tahun kelima, selama pernikahan, tak banyak perbincangan, hidup kita masing-masing, yang ada hanya status pernikahan tanpa hubungan dan nafkah layak, tapi dia tetap memberikan uang secara harian, 20 ribu pada awal pernikahan, dan setelah bekerja, diberi 25 ribu untuk masak plus ongkos.
Baca Juga : Punya Menantu Janda Kaya, Ayah Mertua Muzdalifah: Tidak Perlu Kaget ya
Saya sudah memiliki rumah sendiri dari hasil saya dan suami bekerja, bekerja dengan keras hingga memiliki rumah impian yang sederhana, tetap tanpa mengetahui berapa gaji suami.
Tak lama, saya dipindahkan ke cabang Depok, di sana, saya mulai tidak betah karena setelah setahun di cabang baru, ada seorang bernama I selalu mengambinghitamkan saya.
Saya mencoba keberuntungan dengan melamar dan resign dari perusahaan yang lama, alhamdulillah, saya langsung dapat kerjaan di perusahaan besar di daerah P, suasana sangat berbeda—dari jadi teller di dunia perbankan, berubah jadi call center di perusahaan besar dengan banyak tugas.
Menyenangkan memang, dan gaji saya besar pada saat itu, sayang, tak lama bekerja, lingkungan kerja tak sehat, banyak lelaki kurang ajar, sehingga saya memilih fokus jadi ibu rumah tangga, dalam pikiran saya, uang dari suami sudah cukup.
Rupanya, awal menjadi ibu rumah tangga juga malapetaka, saya dapat kabar, suami berhubungan dengan tetangga yang adalah teman baik saya, dan sudah berjalan selama tiga tahun, hati saya hancur, sikap genitnya terbongkar, dia tebar pesona ke semua perempuan, sampai di tempat kerjanya pun, dia berhubungan dengan janda muda yang selalu meminta ini itu, hingga ada sidang keluarga pada saat ketahuan belangnya, saya memilih cerai, tapi A tidak mau.
Baca Juga : Tak Hanya Aurel Hermansyah, Begini Perbedaan Mencolok Sikap Nikita Willy pada Papa Kandung dan Ayah Tirinya!
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR