NOVA.id - Selama ini kita berpikir jika masturbasi banyak dilakukan oleh remaja dan orang dewasa.
Padahal, pada kenyataannya anak-anak juga melakukan masturbasi lo.
Sehingga, kita sebagai orang tua wajib memberikan arah yang positif mengenai perkembangan seksualitas anak sejak dini.
Dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Dhini Nasution dari Universitas Indonesia, diketahui perkembangan seksualitas manusia dimulai sejak lahir.
Saat usia 0-2 tahun anak mulai muncul rasa penasaran mengenai tubuh termasuk alat kelamin.
Anak mulai menyentuh alat kelamin, termasuk masturbasi di depan umum dan saat anak sendiri.
Baca Juga: Aurel Hermansyah Bandingkan Sikap KD dan Ashanty saat Marah, Siapa Lebih Menggerikan?
Anak juga tidak merasa malu saat tidak memakai baju atau saat melihat orang telanjang.
Pada usia 2-5 tahun, tanpa disadari anak akan sesekali masturbasi sebagai perilaku menenangkan bukan untuk kenikmatan seksual.
Anak pun akan mulai bermain eksplorasi dengan teman sebaya. Seperti bermain rumah-rumahan atau dokter-dokteran.
Baca Juga: Pakai Narkoba, Nunung Menangis Beberkan Rumah Tangganya Retak: Saya Selalu Salahkan Suami
Mereka juga mulai penasaran terhadap tubuh orang dewasa, sehingga selalu ingin masuk ke dalam kamar mandi bersama orang tua atau menyentuh payudara.
Apakah perilaku ini wajar?
Tentu.
Perilaku tersebut adalah perilaku perkembangan seksual anak yang sehat dan akan terus berkembang sesuai dengan usianya.
Baca Juga: Istri Almarhum Herman Seventeen Jadi Korban Tabrak Lari, Juliana Mochtar: Nggak Ada yang Tolongin
Penting untuk orang tua mengetahui hal ini, agar bisa terus memantau perkembangan dan menjaga kesehatan seksual anak.
Sehingga jika anak bingung dengan perilakunya, orang tua bisa menjadi sumber informasi utama untuk menjawab kebingungannya, bukan dari orang lain atau internet.
Sebagai orang tua kita pasti akan memberikan informasi yang tepat untuk anak.
Sementara orang lain atau internet, belum tentu.
Bisa jadi informasi yang didapat salah dan malah jadi memengaruhi anak untuk melakukan perilaku seks yang menyimpang.
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, menjelaskan anak mudah terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang.
Baca Juga: Mau Sukses? Ikuti 2 Tips Merry Riana, Motivator yang Menginspirasi
Jika tidak diberikan pendidikan seksual dengan benar, rentan bagi anak untuk memiliki persepsi yang salah tentang seksualitas.
“Yang perlu diluruskan adalah cakupan dari sex edu itu bukan hanya melulu tentang hubungan seksual, dan terjadinya bayi, tapi juga mencakup bagaimana mengurus diri, membersihkan diri, menjaga bagian tubuh pribadi,” jelas Vera yang telah tayang di Tabloid NOVA edisi 1588.
Sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga sudah melakukan pendidikan seksualitas yang paling mendasar kepada anak.
Baca Juga: 2 Tahun Nikah Tanpa Gosip, Laudya Cynthia Bella Keluhkan Sifat Asli sang Suami, Ada Apa?
Seperti mengajarkan anak cara buang air kecil, mengajarkan anak nama anggota tubuhnya−termasuk alat kelaminnya, dan cara berpakaian yang sopan.
Informasi yang lebih mendalam bisa diberikan seiring dengan perkembangan kognitif dan perilaku seksual anak.
Hal ini bukan hanya menjadi tugas orang tua.
Baca Juga: Jarang Disadari, Ini 7 Tanda Ibu Alami Post Partum Paska Melahirkan
Para pendidik di sekolah pun mempunyai peran yang cukup penting untuk memberikan pendidikan seksualitas ini.
Hal tersebut dikarenakan, ketika sudah masuk sekolah anak justru semakin rentan.
Mereka mulai berinteraksi dengan orang lain yang berbeda usia, perilaku, dan jenis kelamin.
Sekolah harus bisa ikut ambil bagian dengan memiliki kurikulum untuk pendidikan seksualitas.
Bukan berarti harus punya mata pelajaran sendiri, tapi disisipkan pada mata pelajaran lain yang berkaitan.
Yang terpenting para pendidik memiliki pengetahuan yang tepat tentang pendidikan seksual.
Baca Juga: Ini Alasan Pria Berlutut saat Melamar Perempuan untuk Menikah, Romantis!
“Pendidikan seks itu perlu dimasukkan ke dalam kurikulum semua level. Materi yang diberikan dapat disesuaikan dengan level kelasnya,” tutup Vera.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR