NOVA.id - Kabar duka kembali menyelimuti Tanah Air.
Putra terbaik bangsa, Bacharuddin Jusuf Habibie tutup usia pada Rabu, (11/09) pukul 18.05 WIB.
Di usia ke-83 tahun, BJ Habibie masih menjalani setumpuk kegiatan yang membuat kondisi kesehatannya menurun.
Baca Juga: Yuk, Coba 3 Ide Me Time Ini agar Weekend Makin Seru
Diketahui, kondisi jantung Habibie terganggu akibat kelelahan.
Sebelumnya, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 ini sempat menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Soebroto.
Artis Melanie Subono dalam ungkapan bela sungkawanya sempat berujar bahwa kini BJ Habibie sudah bisa berjumpa dengan almarhumah sang istri Hasri Ainun Besari.
Baca Juga: Banyak Nama Penyanyi Kondang Disodorkan, Lukas Graham Hanya Mau Gisella Anastasia, Kenapa ya?
Hasri Ainun Habibie telah menghadap Sang Maha Kuasa pada 22 Mei 2010 silam.
Atas kepergian sang istri tercinta, BJ Habibie sempat begitu terpukul hingga alami trauma kehilangan mendalam.
Semasa hidup, begini penuturan Hasri Ainun Besari kepada Tabloid NOVA edisi Juni 1988 silam soal arti sang suami dan keluarga di matanya.
Baca Juga: Bakal Gelar Konser 1 Oktober Mendatang, Lukas Graham Minta Disediakan Makanan Unik Ini
Saat ditanya bagaimana dengan keluarga, begini jawaban Hasri Ainun Besari.
"Tak ada masalah, hubungan kami sangat dekat.
Anak-anak selalu minta dicukurkan rambut pada saya, begitu pula soal makanan.
Kalau mereka sedang liburan ke sini (kedua putranya sekolah di Jerman) mereka selalu minta saya masak, masak apa saja.
Dan itu tetap berlangsung sampai sekarang," ujarnya.
Ditanya soal arti cinta dan keutuhan rumah tangga, jawaban Hasri Ainun Besari menyentuh hati.
"Semuanya didasari pada niat dan cinta kasih yang bisa kita berikan pada sesama di dalam rumah, itu yang penting.
Misalnya ada dua insan, mulanya mungkin tak cinta tapi jika niatnya baik, cinta itu bisa tumbuh.
Cinta itu bukan asal lihat kok, memandang matanya lalu berdebar-debar, itu belum tentu cinta.
Sedangkan keutuhan rumah tangga, bisa terbina dari kedamaian, saling mengerti dan saling berkorban untuk lainnya.
Saya umpamakan pot dengan tanahnya ditanam biji, kalau tak rajin disiram, ia akan layu.
Sebetulnya harus ada kesadaran sendiri untuk membina kebahagiaan.
Semua ini pinter-pinter si istri dan suami dalam membina keluarga, ini nantinya akan menurun pada anak," ungkapnya kala itu. (*)
Source | : | Nova |
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR