NOVA.id- Makanan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan tubuh yang sehat.
Salah satunya yakni buah-buahan.
Buah dikenal dengan makanan yang mengandung beragam gizi baik bagi tubuh.
Dala sebuah studi terbesar, para periset dari Universitas Oxford melacak kebiasaan makan setengah juta orang dewasa untuk mengungkapkan manfaat ketika mengonsumsi setengah buah setiap hari pada kesehatan jantung.
Baca Juga: Ria Irawan Mulai Sulit Bicara, Jeritan Hati Sang Suami: Kasih Saya Waktu untuk Bertaubat
Hasilnya, mereka menemukan bahwa hanya mengonsumsi 100 gr dari buah seperti apel atau pisang sehari bisa mengurangi risiko pengembangan penyakit kardiovaskular sebanyak sepertiganya, melansir India Times.
Jika semakin banyak buah yang mereka makan, kemungkinan besar mereka akan terhindar dari serangan jantung.
Perlu diperhatikan, buah harus dimakan secara segar.
Artinya, bahwa efek memiliki buah dengan cara ini sama efektifnya dengan minum statin karena statin juga menurunkan kemungkinan serangan jantung sebanyak sepertiga.
Serat larut dan senyawa tertentu seperti pektin yang ada di dalam apel telah terbukti menurunkan kadar kolesterol.
Sementara potassium dalam pisang melindungi kita dari pengerasan arteri (arteriosklerosis).
Dengan begitu, ini berarti menyelipkan buah pada makanan bisa menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya, karena bisa menurunkan risiko pengembangan penyakit jantung.
Baca Juga: BJ Habibie Meninggal Dunia, Teuku Wisnu Kenang Almarhum: Sangat Rendah Hati
Zhengming Chen, Profesor Epidemiologi di Departemen Kesehatan Penduduk Nuffield, Universitas Oxford, menyatakan bahwa ini adalah studi terbesar yang harus dilakukan mengenai masalah ini.
Dia kembali mengatakan, mengonsumsi buah segar dapat memmempengaruhi bakteri usus.
Jadi saran yang perlu diperhatikan yakni, untuk tepat mengonsumsi buah segar melalui bentuk lain untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan jantung.
Baca Juga: Elvy Sukaesih Umumkan Kabar Duka, Pelantun Lagu Dangdut Sepiring Berdua Meninggal Dunia
Studi ini dipublikasikan di New England Journal of Medicine dan dilakukan selama periode tujuh tahun di China. (*)
KOMENTAR