NOVA.id – Setidaknya, sebanyak 131 juta dari 265 juta penduduk di Indonesia adalah perempuan.
Sayangnya secara global, Indonesia masih ada di peringkat ke-84 dari 144 negara untuk kesetaraan gender, menurut World Economic Forum pada 2017.
Ironisnya lagi, jutaan anak perempuan setiap harinya harus menghadapi pelecehan dan diskriminasi di berbagai bidang.
Baca Juga: Bermitra dengan Universitas Inggris, MDIS Tawarkan 2 Program Baru
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang etnis, iklim di wilayah tempat tinggal, stereotip gender, hingga jadi pihak yang paling termajinalkan.
Kondisi tersebut juga terjadi di salah satu wilayah dampingan Plan Indonesia yaitu di Flores, Nusa Tenggara Timur, isu kesetaraan gender masih menjadi momok bagi anak perempuan.
Salah satu yang menjadi akar masalah timbulnya isu kesetaraan gender di sana adalah karena minimnya akses air bersih.
Baca Juga: Bantu Anak Tumbuh Optimal, Enfa A+ Ikut Semarakan Shopee 10.10 Brands Festival
Tanggung jawab untuk menyediakan air rumah tangga dibebankan kepada perempuan dan anak perempuan.
Kondisi daerah yang kering menyebabkan anak-anak perempuan tersebut harus menempuh perjalanan cukup jauh untuk mengambil air bersih dari sumber air terdekat.
Kegiatan ini dilakukan pada pagi dan sore hari, sehingga waktu belajar mereka tersita, dan juga kehilangan hak bermain.
Baca Juga: Indonesian Chef Association Siap Gelar Chef Expo 2019 dengan Mengangkat Kuliner Nusantara!
Selain itu mereka menghadapi risiko tinggi akibat minimnya perlindungan saat menempuh perjalanan ke lokasi sumber air yang jauh.
Kondisi tersebut yang menggerakkan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), organisasi yang peduli terhadap hak-hak anak perempuan untuk membantu pengadaan akses air bersih dan mendorong kesetaraan anak perempuan di Nusa Tenggara Timur melalui program lari Jelajah Timur - Run for Equality.
Faktor budaya menyebabkan anak perempuan di Nusa Tenggara Timur memikul beban tanggung jawab untuk menyediakan air rumah tangga.
Baca Juga: Kembali Digelar, Gebyar Pernikahan Indonesia ke-12 Bertema Budaya Aceh
Salah satu anak dampingan Plan Indonesia, Maria, harus berjalan 30 menit hingga 2 jam untuk mendapatkan air bersih.
“Melalui charity run ini, kami berharap dapat membantu anak-anak perempuan di sana kembali mendapatkan haknya sebagai anak yaitu untuk belajar dan bermain,” ujar Linda Sukandar, Direktur Fundraising Plan Indonesia.
Mereka tidak kelelahan saat belajar di sekolah, lalu, sanitasi dan kebersihan juga lebih terjaga. Risiko-risiko kekerasan yang mungkin terjadi dalam perjalanan mengambil air juga bisa dihindari, tambahnya.
Baca Juga: Sambut Hari Batik Nasional, Pemerintah Luncurkan Website Yayasan Batik Indonesia
Jelajah Timur – Run for Equality yang akan berlangsung pada 19 Oktober mendatang diikuti sekitar 50 pelari dan publik yang akan berlari sejauh 57 km melintasi kabupaten Ende, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Para pelari akan menyusuri perbukitan, pantai, dan area pemukiman warga lokal dengan pemandangan eksotis ala kawasan Timur Indonesia.
Ditargetkan sekitar Rp300 juta dana terkumpul yang akan dipergunakan untuk memberikan akses air bersih di dua desa yang mencakup sekitar 10 dusun di Nusa Tenggara Timur.
Pelari ultra-marathon yang turut dalam Jelajah Timur – Run for Equality, Carla Felany mengungkapkan dirinya antusias bisa terlibat dalam kampanye kesetaraan dalam Run for Equality.
“Sebagai pelari perempuan dan juga ibu dua orang anak, saya tergugah dan ingin anak-anak Indonesia bisa menjalani kehidupan dengan layak dan menggapai cita-citanya setinggi mungkin. Terutama anak-anak perempuan di Nusa Tenggara Timur, agar mereka bisa lebih berdaya,” papar Carla.
Melalui metode crowdfunding, para pelari akan mengumpulkan donasi dari publik yang memberikan dukungan pada mereka, melalui https://kitabisa.com/campaign/jelajahtimur.
Masyarakat juga dapat terlibat dalam Run for Equality dengan mengikuti virtual run melalui platform iLuvRun.com, yaitu kegiatan berlari yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, kemudian jarak lari yang ditempuh dikumpulkan hingga target lari tertentu menjadi donasi untuk pengadaan akses air bersih.
“Kami tidak bisa bergerak sendiri, karena itu melalui Run for Equality ini kami mengajak publik untuk terlibat, bersama-sama untuk pengadaan akses air bersih di Nusa Tenggara Timur,” tutup Linda. (*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR