NOVA.id - Sebuah wihara di pojokan jalan Minggu siang (12/01) itu tampak ramai.
Beberapa orang sedang memanjatkan doa, sementara sebagian lagi sibuk membersihkan wihara yang bernama Wihara Widhi Sakti.
Saat NOVA berkunjung, wihara tertua di Sukabumi, Jawa Barat ini memang sedang mempersiapkan diri menyambut Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada 25 Januari 2020 nanti.
Ada banyak persiapan yang dilakukan umat maupun pengurus wihara.
Baca Juga: Pernah Hangus Terbakar Saat Perayaan, Pengurus Wihara Dharma Bhakti Lakukan Hal Ini Jelang Imlek
Ada yang membersihkan perapian, piring, dan patung.
Tentu tak ketinggalan membersihkan setiap sudut wihara yang berlokasi di Jalan Pejagalan No. 20, Sukabumi ini.
Tujuannya, ya agar saat Tahun Baru Imlek ini bangunan khas Negeri Tirai Bambu ini tampak indah dan nyaman didatangi umat yang merayakan.
Ratusan Tahun
Keberadaan wihara ini memang cukup menonjol, karena lokasinya memang tepat di pusat kota Sukabumi.
Begitu memasuki wihara, kita akan disambut dengan pemandangan area tempat peribadatan terakhir umat.
Memang biasanya, etnis Tionghoa melakukan ibadah mulai dari bagian dalam wihara, di mana terdapat patung Budha Dewa Han Tang Kong dan Dewi Kwan In.
Baca Juga: Rayakan Tahun Baru Imlek di Lippo Malls, Banyak Promo Menarik!
Saat memasuki ruangan bersegi empat ini, kita akan melihat banyak lilin menyala di sekitar patung-patung tersebut.
Sementara di bagian atap, banyak ornamen khas China yang menjadi hiasan pilar-pilar dalam wihara berusia 103 tahun tersebut.
Nuansanya begitu klasik dan ikonik, seperti sedang berada di negeri China.
Baca Juga: Kue Keranjang khas Imlek Terkenal Sulit Diolah, Langsung Saja Buat Pai Keju Kue Keranjang Lezat Ini
Selain bentuknya yang khas, dari bangunan yang terdiri dari tiga lantai ini kita bisa melihat pemandangan kota yang indah, dengan latar belakang gunung dan perbukitan yang begitu asri.
Memang cukup menyenangkan buat kita yang hanya pengin berkunjung ke wihara tersebut.
Kepada NOVA, Benny Iskandar, Humas Cap Go Meh Wihara Widhi Sakti bercerita banyak tentang asal-usul wihara.
Menurutnya, wihara ini sudah berdiri sejak tahun 1910 saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Baca Juga: Ikut Rayakan Imlek di Singapura, Putri Denada Ucap Doa Manis untuk Sang Ayah
Ketika itu Sukabumi sedang dilanda wabah kolera, yang menyebabkan banyak orang tewas.
Mulanya, Thung Hoat Tiat, seorang warga Tionghoa yang bermukim di gang Murni, Sukabumi, rupang kongco Han Tan Kong ke salah satu ahli pengobatan tradisional Tionghoa di Bogor.
Rupang ini kemudian dibawa oleh kereta api dari Bogor ke Sukabumi, dan disimpan di rumahnya.
Baca Juga: Ini Tips Belanja Kebutuhan Imlek agar Tak Bikin Dompet Tipis
Tak lama kemudian, ia melakukan rituan keagamaan dan kongco digotong keliling 4 penjuru arah Sukabumi.
Setelah digotong, wabah kemudian mereda dengan cepat.
Oleh karena itu, warga Tionghoa merasa terolong dengan kehadiran konco ini.
Baca Juga: Biasa Dipakai Saat Imlek, Ternyata Ini Sejarah dari Busana Cheongsam!
Seiring dengan waktu, kemudian dibuatlah kelenteng kecil di daerah Odeon, yang selesai dibangun pada tahun 1911, dan diresmikan tahun 1912.
Kelenteng itu diberi nama Bie Hian Kiong.
Namun, tahun 1950-an karena situasi politik, secara hukum, kelenteng bergabung dengan majelis agama buddha, sehingga menjadi Vihara Widhi Sakti sampai sekarang.
Baca Juga: Resep Kue Mangkok, Sajian Khas Imlek yang Tak Boleh Terlewatkan!
Tak seperti wihara pada umumnya, Wihara Widhi Sakti boleh dibilang cukup mungil ukurannya.
Meski begitu, barang-barang yang ada di dalam begitu bernilai.
Semuanya asli dari Tiongkok.
Kata Benny, “Masih kokoh sampai sekarang.”
Baca Juga: 5 Kawasan Pecinan yang Wajib Dikunjungi saat Imlek, Bisa Buat Belajar Budaya hingga Sejarah!
Nah, saat Tahun Baru Imlek, memang tak ada perayaan besar-besaran di Wihara Widhi Sakti, karena umat biasanya fokus beribadah.
Namun, 15 hari sesudah Imlek mereka akan ikut pawai Cap Go Meh.
Saat itulah patung Dewa Han Tang Kong akan dibawa keliling kota.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR