NOVA.id - Rasanya bulan Maret ini begitu berat diterima bagi masyarakat Indonesia, karena virus covid-19 sudah menyebar hingga ke 18 kota.
Presiden Republik Indonesia, Jokowi pun meminta segenap masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah dan menjaga jarak sosial untuk antisipasi penyebaran.
Setiap hari, jumlah pasien terinfeksi corona juga semakin bertambah banyak hingga mencapai 514 orang positif corona, 48 meninggal, dan 30 dinyatakan sembuh.
Ini bukan hal mudah bagi petugas kesehatan untuk menangani covid-19.
Hari demi hari, petugas medis pun kewalahan menangani pasien hingga imunitas mereka menurun dan mempermudah virus untuk masuk ke tubuh mereka.
Sudah ada 32 tenaga medis terinfeksi corona, dan 3 orang dokter meninggal dunia.
Mendengar petugas kesehatan yang tengah berjuang melawan corona, rasa-rasanya kita memang harus memberikan apresiasi besar bagi mereka.
Sebab, hanya ucapan semangat dan terima kasih yang bisa membuat mereka hidup melawan corona.
Ini pun yang dicurahkan Nurul Hidayati (29), yang bertugas menjadi perawat untuk ruangan isolasi corona di RS Raja Ahmad Tabib, Kepulauan Riau.
Baca Juga: Punya Banyak Manfaat Kesehatan, Benarkah Air Bawang Putih Bisa Sembuhkan Kita dari Virus Corona?
Lewat sambungan telepon kepada NOVA, ia menangis menceritakan betapa sulit pekerjaannya.
“Ini bukan pekerjaan mudah untuk dilakukan. Ini berat. Saya dihantui rasa takut saat ditugaskan.
Tapi, ya, memang saya sadar kalau ini adalah tugas saya, demi Indonesia. Saya kuat,” katanya dengan suara serak.
Ia memang tidak bisa menolak tugasnya ini.
Mau enggak mau, Nurul memang harus menjalaninya, walaupun sangat berat untuk dilalui, terlebih ia harus meninggalkan ibunya yang sedang sakit jantung di rumah.
“Dia khawatir dengan keadaan saya. Tapi, saya berusaha untuk meyakinkan dia kalau semua akan baik-baik saja. Lalu, mama bilang, ‘Ya sudah, itu memang tugas mu, tapi kabari kami, ya’,” jelasnya.
Baca Juga: Akibat Virus Corona, Bos Djarum Kehilangan Sebagian Kecil Hartanya Sejumlah Rp71 Triliun
Tapi, beruntungnya, orangtua Nurul sudah merelakan anaknya pergi bertugas.
“Setiap hari saya selalu telepon orangtua untuk mengabari kondisi saya, agar mereka tidak cemas dengan saya. Setiap hari. Saya juga bilang ke mereka agar mereka tidak keluar rumah, agar tidak terinfeksi,” pungkasnya.
Bukan hanya meninggalkan orangtua di rumah yang membuatnya berat, tetapi juga pekerjaannya sendiri.
Baca Juga: Pastikan Bahan Pangan Mencukupi, Sugar Group Companies dan Bulog Gelar Operasi Pasar
"Setiap hari saya harus memakai sepatu boots dan itu berat. Saya juga harus memakai hazmet suit dan kacamata googles. Seragam perlindungan itu membuat saya memang risih. Tubuh saya merasa kurang nyaman memakai baju, karena baju itu sangat panas,” jelasnya.
Suhu udara untuk perawatan pasien corona memang harus dibuat negatif.
Kata Nurul itu untuk menghambat penyebaran virus dan kuman.
Tapi, ruangan itu membuatnya berkeringat dan panas sehingga ia pun risih dengan perlengkapan yang dipakainya.
Baca Juga: Kisah Relawan dan Petugas Medis Perempuan Melawan Corona di Wuhan: Kami Berpacu dengan Waktu
Cuma ya, hanya itu yang bisa melindungi Nurul dari penyebaran virus.
“Untungnya, pasien saya kondisinya terlihat sehat. Dia juga tenang selama dirawat. Jadi, saya merasa tidak terlalu berat dengan tugas saya ini. Cuma, ya itu, rasa takut akan tertular terus menghantui saya setiap hari, walaupun saya sudah memakai alat perlindungan diri dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.
Maka dari itu, di waktu istirahatnya, ia sering mencurahkan hatinya merawat pasien covid-19 di rumah sakit.
Baca Juga: Kabar Terbaru: BNPB Perpanjang Masa Darurat Bencana Nasional Covid-19 hingga 29 Mei 2020
Karena ia merasa bersemangat kembali saat melihat ribuan dukungan yang diterimanya lewat media sosial.
Ia mengisahkan dukungan terus datang padanya, usai Presiden RI, Jokowi memberikan apresiasi terhadap perawat di Hari Perawat Nasional 2020 pada 17 Maret lalu.
“Saya menangis membaca cuitan itu, rasanya seperti mendapatkan penyemangat mood yang luar biasa selama saya bekerja menjadi perawat. Ini merupakan hal besar bagi saya terutama saat kondisi seperti ini,” jelasnya dengan suara tangis.
Menurutnya yang diperlukan sekarang bukan harta dan benda, melainkan dukungan mental untuk tetap semangat melewati hari demi hari di ruangan isolasi yang panas itu.
“Karena cuma ini yang bisa membangun mental saya dan teman-teman petugas kesehatan lainnya. Saya hanya bisa menguatkan petugas garda terdepan corona untuk tetap semangat dan selalu jaga kesehatan,” tutupnya.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR