NOVA.id - Satu juta kasus virus corona terjadi di 204 negara.
Dari 1.015.850 orang yang positif terinfeksi Covid-19, 53.216 di antaranya meninggal dunia dan 212.991 telah dinyatakan sembuh.
Tentu, semua negara yang terdampak tengah "berperang" melawan covid-19.
Berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Selain mengambil kebijakan penguncian wilayah (lockdown), sejumlah negara juga menginisiasi pembentukan herd immunity atau kekebalan kelompok untuk menghentikan penyebaran infeksi.
Herd immunity secara harafiah bisa diartikan sebagai kekebalan komunitas.
Jadi, dalam satu komunitas, harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus.
Virus apapun butuh inang atau tempat tinggal untuk bertahan hidup. Manusia maupun hewan bisa menjadi inangnya.
Termasuk SARS-COV-2 yang merupakan virus penyebab covid-19. Jika virus ini tidak bisa memasuki tubuh manusia, maka ia lama-kelamaan akan mati karena tidak bisa bertahan lama berada di udara terbuka.
Jika ada cukup banyak orang dalam satu komunitas memiliki kekebalan terhadap suatu virus, maka virus tersebut akan hilang.
Namun, konsep pembentukan herd immunity ini dinilai mengerikan karena virus akan terus dibiarkan menyebar dan menginfeksi banyak orang.
Para ahli pun memperkirakan setidaknya butuh 60-70 persen orang yang terinfeksi untuk membentuk populasi yang kebal untuk mencapai herd immunity.
Tetapi, 60-70 persen orang yang terinfeksi tersebut harus sembuh. Jika banyak orang yang terinfeksi dan kemudian meninggal dunia, maka herd immunity tak akan tercapai.
Baca Juga: Tingkatkan Imunitas Tubuh, 3 Cara Sederhana Ini Bisa Menangkal Beragam Virus
Terlebih untuk menangani Covid-19 yang tengah mewabah di seluruh dunia.
Diketahui, Covid-19 adalah sebuah penyakit baru dan belum pernah ada orang yang mengalaminya sehingga tidak ada orang yang kebal terhadap penyakit ini.
Bayangkan betapa rumitnya suasana fasilitas kesehatan jika sebagian besar orang terinfeksi virus corona secara hampir bersamaan.
Baca Juga: 5 Minuman Herbal yang Bisa Jaga Imun Tubuh dan Tangkal Virus Berbahaya
Tentu, kesembuhan akan semakin sulit dicapai dan berujung pada meningkatnya angka kematian.
Lagipula, jika seluruh dunia sepakat untuk membentuk suatu herd immunity untuk covid-19 tanpa adanya vaksin, dibutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam jangka waktu itu, risiko terjadinya kematian dan keparahan infeksi tetap terus ada.
Di Indonesia sendiri konsep herd immunity sempat dibicarakan. Banyak orang seolah setuju agar Indonesia coba untuk menerapkan konsep ini guna menyelesaikan pandemi.
Bahkan, Kepala Gugus Kuratif Joni Wahyuhadi menyebutkan bahwa saat ini pertumbuhan dan penyebaran Covid-19 di Jawa Timur mulai melambat dan ini menjadi tanda bahwa herd immunity terbentuk.
"Kalau ODP naik jumlahnya, ini berita baik karena ini adalah bukti ada tracing yang bergerak. Dan sudah banyak yang dalam pemantauan.
"Yang kita amati PDP yang naik menjadi terkonfirmasi positif melambat, ini tanda mulai terbentuk herd immunity melawan covid-19," kata Joni seperti yang NOVA.id kutip dari jatim.tribunnews.com.
Tak hanya itu, Joni juga menyebut bahwa saat ini pasien yang datang ke RSUD dr Soetomo juga tidak seberat kasus yang terdahulu.
"Sekarang yang datang ke RSUD dr Soetomo terbilang sedang dan ringan artiya sudah ada imunitas di masyarakat atau yang disebut dengan herd immunity," tegas Joni.
Namun, pernyataan tersebut disinyalir mengandung polemik dan sarat akan kesalahan terhadap pengertian herd immunity itu sendiri.
Pasalnya Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengungkapkan jika herd immunity untuk Covid-19 diterapkan di Indonesia, dampaknya akan sangat merugikan.
Organisasi tersebut telah melakukan kajian untuk melihat skenario jika sekiranya negara ini benar-benar akan menerapkan konsep herd immunity untuk meredakan virus corona.
Hasilnya bisa dibilang mengerikan karena dengan begitu, angka kematian akibat infeksi virus corona di Indonesia akan melonjak jauh.
Hal ini disebabkan karena di negara ini, sangat banyak orang yang memiliki penyakit penyerta yang bisa memperparah infeksi corona.
Selain itu, seperti yang bisa kita lihat sendiri, saat ini angka laju kematian akibat Covid-19 di Indonesia ada pada angka 7-9%, termasuk salah satu yang tertinggi di dunia.
Infeksi ini pun jangan disalahartikan hanya berbahaya bagi lansia maupun orang dengan penyakit penyerta.
Seiring dengan berjalannya pandemi ini, covid-19 terbukti juga berbahaya bagi orang usia muda yang sehat dan tidak memiliki penyakit penyerta apapun.
Di Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara benua Eropa, 60% pasien covid-19 berada di kelompok usia produktif.
Sehingga jika konsep herd immunity dijalankan, akan terjadi kematian massal di Indonesia.
Ancaman ini pun tidak hanya berlaku untuk orang yang rawan seperti lansia dan yang memiliki penyakit tertentu, namun juga untuk masyarakat usia muda yang sehat.
Akibatnya, Indonesia bisa kehilangan satu generasi.
Cara yang paling mungkin dilakukan untuk meredakan pandemi adalah dengan memperlambat penyebaran virus ini.
Cara yang bisa dilakukan untuk penyebaran virus corona adalah dengan rutin menjaga kebersihan dan secara serius menjalani physical distancing.
Cuci tangan adalah menjadi cara yang paling efektif untuk meperlambat penyebaran bahkan menjadi perisai untuk melindungi tubuh dari virus.
Virus, seperti virus corona, akan dengan mudah pindah dari inang yang satu ke inang yang lain.
Jika kita baru saja memegang benda yang terkontaminasi virus, lalu setelah itu langsung mencuci tangan, maka virus akan mati dan tak sempat menyebar mencari inang yang baru.
Begitupun dengan menutup mulut saat bersin. Virus yang keluar dari liur, justru akan menempel di tisu dan bukan pada orang lain yang bisa menjadi inang baru.
Jadi, ayo lawan virus corona dengan menjaga kebersihan dan tetap lakukan physical distancing! (*)
Sahabat NOVA, jangan sampai ketinggalan berita dan informasi terbaru dan menarik soal selebriti dan dunia perempuan di Tabloid NOVA, ya. Dapatkan edisi terbarunya dengan berlangganan, tinggal klik di sini.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR