NOVA.id - "Kamu, kok, enggak seperti dia, sih? Badannya masih langsing.”
“Coba aja, ya, kamu jago masak kayak si Dini, sepupu aku.”
“Duh, kamu lelet banget! Lihat tuh si Caca, sudah anak dua masih lincah.”
Beberapa kalimat yang membandingkan di atas memang tak enak didengar, apalagi ketika yang mengucapkannya adalah pasangan kita sendiri.
Duh, rasanya amarah langsung meluap-luap.
Ya, meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa membandingkan bisa jadi cara memotivasi menjadi lebih baik, tapi rasanya kesal juga, bukan?
Baca Juga: Bercinta dengan Pasangan Selama Bulan Puasa Tak Jadi Masalah Asal Perhatikan 4 Hal Ini
Toh, sepertinya masih ada kalimat atau cara lain yang lebih baik dan tak menyakiti hati untuk bisa memotivasi.
Nah, yang jadi masalah kalau sudah kadung keluar kata-kata tadi dari pasangan, pasti konflik tak dapat terelakkan.
Jika keseringan dan berujung marah-marah tanpa penyelesaian, maka bisa jadi hubungan kita dan pasangan jadi tak karuan.
Baca Juga: Saat Jauh Rindu, Saat Dekat Beradu! Ini Trik agar Hubungan Tak Ribut Terus
Bahkan mungkin, kita menjadi tak percaya diri dan stres.
Alhasil, hubungan terasa berjarak.
Pada akhirnya perpisahan bisa diambil jadi jalan keluar, tentu, tak mau ini kejadian, kan?
Baca Juga: Isolasi Diri di Rumah Bersama Pasangan Bisa Sebabkan Konflik, Hindari dengan Lakukan Cara Ini!
Saat kondisi ini terjadi pada kita, jangan sampai kita terlalu marah atau malah diam saja.
Apalagi, saat sikap pasangan yangsering membandingkan ini mulai mengganggu mental kita.
Ada baiknya kita segera mengambil waktu untuk berdiskusi secara dewasa dengan pasangan.
Baca Juga: 3 Posisi Ini Bisa Bikin Hubungan Intim di Ranjang Jadi Tahan Lama, Siap Coba?
Mulailah percakapan dengan menjelaskan secara langsung tentang situasi yang mengganggu kita, yakni ketidaksukaan kita atas perlakuannya yang menyakitkan hati.
Saat menyampaikan apa yang kita rasakan, fokuskan saja pada tujuan yang kita inginkan.
Serta cobalah menjadikannya spesifik.
Baca Juga: Rasakan Nikmat Berhubungan Seks di Dalam Bathtub, Bikin Makin Puas!
Misalnya, “Ini bukan kali pertamakamu membandingkan aku dengan perempuan lain. Aku tidak suka, karena itu menyakiti hatiku. Tolong jangan lakukan lagi.”
Namun ingat, jangan menyudutkan pasangan. Setelah selesai menyampaikan keluh kesah, ada baiknya kita memberikan pasangan kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan sikap yang ia lakukan.
Jangan disepelekan, apalagi sibuk mencari celah untuk kembali menghardik pasangan.
Baca Juga: 4 Dampak Buruk yang Bisa Terjadi pada Miss V Jika Bercinta di Dalam Air
Toh, tujuan kita adalah berdiskusi dan menyelesaikan masalah.
Barangkali, memang ada sikap yang perlu diperbaiki dari diri kita namun ia tak bisa mengungkapkannya dengan cara yang benar.
Nah, dengan mengambil waktu diskusi, harapannya semua kegelisahan terbuka jelas, sehingga kita dan pasangan juga bisa sama-sama belajar dan saling memperbaiki diri.
Baca Juga: Selain Tubuh Seksi, Laki-Laki Ternyata Suka Hal Ini dari Perempuan yang Bikin Mereka Tertarik
Setelahnya, buatlah kesepakatan dengan pasangan.
Jika ia ingin berusaha mengubah sikapnya yang sering membandingkan itu, tentu kita akan sangat senang.
Tapi, ingatlah untuk ikut membantunya melakukan perubahan ini.
Baca Juga: Jangan Langsung Tidur! Ini 8 Hal yang Bisa Dilakukan Pasangan Sesudah Berhubungan Intim
Ada satu trik yang bisa kita terapkan dalam masalah ini, yakni menetapkan konsekuensi.
Ya, berikan konsekuensi jika ia kedapatan kembali membandingkan kita dengan perempuan lain.
Bentuk konsekuensinya bisa kita sepakati bersama dengan pasangan.
Baca Juga: Cegah KDRT Selama Masa Karantina Virus Corona dengan 4 Langkah Ini
Ingat, jangan terlalu berlebihan.
Cukup konsekuensi yang sederhana namun bisa membuat pasangan kembali fokus pada tujuannya.
Nah, dua cara di atas sangat ampuh kita gunakan untuk mengatasi pasangan yang sering membandingkan diri kita dengan perempuan lain.
Baca Juga: 5 Bagian Tubuh Perempuan Ini Merupakan Zona Erotis, Bisa Bikin Orgasme Meningkat Drastis!
Namun, jika pasangan terlihat tak acuh dan tak mau memperbaiki perilakunya, tak ada salahnya meminta bantuan pihak ketiga.
Baik keluarga dekat atau mungkin psikolog dan konsultan pernikahan.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR