Cara ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater.
“Saat tekanan emosional hadir, tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar,” ujar Tara.
Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif.
“Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin berisiko jika dilakukan secara berulang,” jelas Tara.
Menyadari apa yang kita cemil, dan mengonsumsinya dengan penuh perhatian adalah inti dari ngemil lebih bijak.
Masyarakat dapat menerapkannya sehari-hari dengan tiga langkah sederhana yaitu, kenali isyarat tubuh mengapa ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar ataukah perlu untuk mengembalikan mood.
Baca Juga: Instagram Rilis Fitur Baru Anti Bullying, Bisa Kendalikan Komentar
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR