NOVA.id – Tulisan ini adalah kiriman pembaca NOVA.id yang dijawab oleh psikolog Rieny Hassan.
TANYA
Saya berumur 35 tahun, tiga tahun lalu saya menikah dengan laki-laki yang sama pendiamnya dengan saya. Kami tinggal di kos, tapi setiap keuangan membaik kami pindah ke tempat yang lebih luas dan lingkungan lebih nyaman.
Saya menikah di usia yang cukup tua, suami lebih muda setahun. Saya selalu menahan diri untuk tidak membuatnya kesal atau tidak nyaman. Sampai dulu suami suka bercanda, “Kok kamu halus banget ya, padahal orang ‘X’ biasanya keras dan to the point.”
Akhir tahun lalu, saya menemukan di kerah kemejanya ada bekas lipstik.
Baca Juga: Bukan karena Selingkuh, Ternyata Perceraian Kerap Terjadi Lantaran Satu Faktor Ini!
Saya tak bekerja lagi karena tidak diizinkan, Bu. Dapatkah ibu bayangkan perasaan saya? Di rantau, hidup cuma di ruangan 4 x 6 meter persegi, lalu mendapati hal seperti itu? Tentu saja suami mati-matian tak mengaku itu adalah lipstik.
Saya belajar teknologi informasi untuk S-1 dan manajemen SDM untuk S-2, sehingga saya tak sukar menemukan jejak-jejak kemesraan suami dan selingkuhannya. Saya berhasil membuat suami mengaku, minta maaf, bahkan pacarnya pun meminta maaf.
Saya kira, kami masih bisa memperbaiki cinta kami, karena saya coba memaafkan suami. Saya cinta dia, Bu. Tetapi, makin lama suami makin jarang pulang, tak memberi nafkah, sehingga akhirnya saya memutuskan pulang, karena telepon diblokir, rekening tak dibayar, dan dia entah di mana.
Ayah dan ibu saya shock, tapi mereka setuju saya bercerai.
Suami tak bisa dihubungi. Dalam persidangan saya malah dianggap berbohong oleh hakim karena tak bisa membuat suami hadir dan tak punya saksi tentang pertengkaran kami.
Kok, jadi saya yang dianggap melarikan diri dari suami ya? Di sidang berikut saya harus menghadirkan suami dan orangtua terpaksa memakai pengacara.
Baca Juga: Duh! Pasangan Ketahuan Selingkuh, Pilih Tinggalkan Atau Maafkan?
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Kasihan orangtua harus bayar pengacara. Tetapi entah apa yang terjadi, saya hanya tinggal mendengarkan keputusan Hakim akhir bulan ini.
Saya tidak menyesal akan menjanda, Bu. Masalahnya, kalau Hakim memutuskan saya tidak bisa cerai, bagaimana ya, Bu?
Dani, kota X
Bagaimana jawaban psikolog Rieny Hassan atas kasus ini?
JAWAB
Dear Dani,
Saya sedih membaca surel Dani. Sungguh, saya juga tak tahu bahasa hukum. Tetapi beberapa kali mendampingi klien untuk menghadiri proses cerainya di Pengadilan Agama, banyak kesedihan.
Parahnya, saya juga tak bisa mengintervensi. Maka saya benar-benar hadir untuk menemani, memegang tangan, mengelus bahu selama menunggu panggilan. Memberi penguatan saja.
Untungnya, klien bisa mendapatkan keputusan yang mereka harapkan, walau untuk harta memang masih banyak langkah yang harus ditempuh.
Baca Juga: Psst. Para Istri Wajib Tahu! Ini 3 Cara Mengatasi Jika Suami Selingkuh
Sedihnya lagi, karena tak mau berkepanjangan melihat wajah mantan suami, apalagi kalau dia sengaja membawa WIL-nya, biasanya si perempuan memutuskan untuk masa bodolah dengan harta. Ada yang lalu mantan suaminya menguasai rumah, ada yang lalu tak mau tahu lagi anak-anaknya, dan lain-lain.
Dani kembali ke orangtua, kan ya. Sementara ini, mengapa tak lebih intens bertanya, cari tahu ke pengacara, bagaimana seharusnya Anda bisa dengan lebih cepat bisa mengakhiri perkawinan.
Sebagai seorang yang “makan sekolahan”—artinya bersekolah tinggi—mbok pergi ke toko buku, cari tentang Undang-Undang Perkawinan. Karena Anda melek teknologi, berselancarlah di internet, cari perempuan yang pernah melampaui pengalaman seperti yang Anda alami kini.
Baca Juga: Ketika Suami ‘Selingkuh’ Soal Bonus Uang THR, Coba Lakukan Ini
Malahan, kalau urusan sudah selesai, bagaimana kalau Anda membuat blog untuk mengajak perempuan yang senasib dengan Anda untuk saling berbagi cerita, saling menguatkan, dan menceritakan kiat untuk bercerai dengan sukses? Tidak enak ya membacanya, bercerai kok dengan sukses. Maksud saya agar tidak terlalu rugi secara batin maupun material dalam proses ini.
Saya senang sekali kalau Dani mau mengirim lagi surel ke saya, siapa tahu ada pembaca NOVA yang tergerak memberi komentar dan pendapatnya, lalu bisa terhubung dengan Anda, melalui NOVA.
Saya berhenti dulu mengobrol di sini. Tetapi bila sekarang sudah mau cerita lagi, siapa tahu ada perkembangan baru, silakan kirimi saya surel.
Baca Juga: Hati-Hati Bila Pasangan Punya 3 Sifat Ini, Berisiko Tidak Setia!
Sementara ini, coba lagi hubungi suami melalui teman kantor, atau teman yang kenal Anda berdua, minta kebaikan hatinya untuk mempermudah proses cerai ini.
Kalau orangtua suami tinggal di kota Anda, coba datangi lagi, minta uluran kebaikan hatinya untuk membantu Anda lepas dari masalah ini.
Jangan menarik diri ya, ayo mulai hubungi mantan teman kuliah dulu, agar tetap punya komunitas. Tak usah malu dengan status janda. Nothing wrong with it. Kan Anda tak mengkhianati perkawinan Anda.
Salam sayang. (*)
Di masa pandemi ini, Sahabat NOVA mau tambah penghasilan dengan wirausaha? Atau punya usaha dan mau tambah ilmu agar jualan tetap lancar?
Di program WeLearn dari UN Women, ada kelas online “Digital Marketing" GRATIS! Tinggal daftar kelas di sini, pilih waktu dan metode yang diinginkan, lalu ikuti instruksi untuk terima materi pelajarannya. Tambah ilmu, tambah cuan!
Jangan juga sampai ketinggalan berita dan informasi terbaru dan menarik soal selebriti dan dunia perempuan di Tabloid NOVA, ya. Dapatkan edisi terbarunya dengan berlangganan, tinggal klik di sini.
Penulis | : | Made Mardiani Kardha |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR