NOVA.id – Hampir semua warga dunia akan menghadapi apa yang disebut new normal, imbas dari pandemi virus corona.
Menurut Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari dr., M.Kes, pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya, new normal itu sebuah pola hidup baru yang awalnya terpaksa, lalu kemudian jadi biasa.
Nah, apakah di Indonesia kita mudah menjalani hidup dengan pola new normal?
Atoillah menyebut new normal itu mengandung dua dimensi, yaitu personal dan komunitas.
“Kalau dimensi personal tak mungkin diberi aturan, lebih kepada kesadaran setiap orang. Tapi kalau komunitas, harusnya memang bisa dibuat aturan untuk dipatuhi,” kata Atoillah.
Atoillah mencontohkan, dimensi personal itu misalnya tentang interaksi antar-manusia dan kebiasaan bersalaman saat bertemu.
Ini akan sulit dilarang, mengingat kebiasaan kita selama ini. Jadi kepatuhannya butuh waktu lama.
Sedangkan dimensi komunitas, pemerintah bisa bikin aturan tentang berkumpulnya orang dan harus dipatuhi.
Memang, mau tak mau pandemi Covid-19 membuat kita jadi punya kebiasaan baru.
Jika diperhatikan, sudah cukup banyak aktivitas yang menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi sekarang.
Paling enggak dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini. Dan itu terjadi hampir di seluruh dunia.
Kegiatan yang banyak dilakukan di rumah menumbuhkan rutinitas baru seperti kebiasaan belanja online yang makin meningkat.
Baca Juga: Jadi The New Normal, Ini Cara Adaptasi dengan Kondisi Setelah Pandemi
Kalau tadinya kita belanja online untuk beli skin care, makeup, pakaian, sekarang kita juga beli online untuk beras, minyak goreng, bahkan sayuran. Dan ini diikuti dengan aturan “tanpa bersentuhan” dengan kurir atau penyedia jasa pengantaran.
Untuk urusan kesehatan, alih-alih ke rumah sakit dengan bayang-bayang risiko penularan covid-19, banyak yang beralih ke layanan konsultasi kesehatan online.
Selain itu, kebiasaan baru yang tercipta dengan sendirinya juga terjadi di bidang lain.
Misalnya di beberapa pasar yang pedagangnya sudah menerapkan physical distancing, dengan membuat jarak antar-pedagang.
Tren private theatre akan muncul untuk mengantisipasi kebutuhan akan tontonan dengan jumlah penonton terbatas saat ini.
Juga maraknya makanan siap saji dalam kemasan maupun frozen food juga makin digemari.
Masih banyak kebiasaan baru lain yang akan kita hadapi.
Nah, agar new normal ini bisa kita terima dengan lapang dada, Atoillah menyebut aspek personal kita harus disesuaikan. Sehingga pola hidup baru itu bisa jadi bagian dari diri kita.
“Tahapannya biasanya begini. Awalnya kan terpaksa, kemudian jadi biasa, baru setelah itu jadi budaya dan jadi bagian dari karakter kita,” kata Atoillah.
Baca Juga: 4 Bisnis yang Laris di Tengah Pandemi Corona, Salah Satunya Masker
Siap menjalani new normal?
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store. (*)
Penulis | : | Yunus |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR