NOVA.id - Nama panggilan Ahok dulu kerap melekat pada sosok mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Namun, setelah tersandung kasus penistaan agama pada beberapa tahun lalu, Ahok mengaku belajar banyak.
Oleh karena itu, ia berharap untuk dipanggil sebagai BTP saja sesudah bebas dari penjara.
Baca Juga: Kembali Bekerja di Fase New Normal, Persiapkan Beberapa Hal Berikut Ini
"Saya keluar dari sini (Rutan Mako Brimob) dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok," ungkapnya melalui surat tertulis pada Kamis (17/01/2019) dilansir dari Kompas.com.
Menurutnya, ia telah lebih menguasai diri dibanding sebelumnya.
Namun, masih banyak orang yang mengenalnya sebagai Ahok.
Baca Juga: Deretan Masakan Berkuah yang Lezat Disantap Saat Lembur di Rumah
Seiring waktu berjalan, ia mengaku tak lagi keberatan untuk kembali dipanggil Ahok.
Pengakuan ini dingkap saat konferensi pers lelang baju batiknya melalui Zoom pada Senin, (29/06).
Cerita bermula dari pembawa acara, Andy F. Noya yang mengaku belum biasa menggunakan nama panggilan BTP.
Baca Juga: Pernah Jadi Partner Pimpin Jakarta, BTP Ikut Beri Ucapan dan Doa di Hari Ulang Tahun Presiden Jokowi
Sehingga ia meminta izin untuk menggunakan nama panggilan Ahok.
Siapa sangka, Basuki Tjahaja Purnama justru mengaku tak lagi keberatan dengan panggilan tersebut.
"Nggak apa-apa dipanggil Ahok, kan nama BTP buat promosi yayasan (BTP Foundation)," ujarnya.
BTP Foundation didirikan Ahok untuk membantu warga yang mengalami kesulitan.
Apalagi, setelah tak menjabat sebagai gubernur, ia tak lagi memperoleh dana operasional yang bisa dibagikan langsung ke rekening warga.
Lelang baju batik bersama Benih Baik milik Andy F. Noya juga menjadi salah satu cara untuk memperoleh dana tambahan.
"Awalnya mau offline di hotel, eh malah Covid. Nah pas Bang Andy tanya begitu saya pikir, kenapa nggak gabung aja? Bang Andy kan orangnya lurus-lurus aja, nggak neko-neko. Jadi saya ngomong terus cocok," terangnya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR