NOVA.id - Kondisi pandemi memang membuat ekonomi porak poranda. Banyak yang akhirnya harus gulung tikar dan kehilangan pekerjaan karena keadaan ini.
Kini yang bertahan rasanya hanyalah sektor pertanian karena kebutuhan bahan makanan pokok masih tetap berjalan.
Namun, faktanya Kementerian Pertanian mencatat 2,7 juta petani di Indonesia yang terdiri dari petani serabutan, buruh tani, dan petani penggarap, tengah mengalami masa sulit.
Baca Juga: UMKM Bisa Dapat Bantuan Tambahan Modal Kerja dari Unilever, Ini Syarat yang Harus Dipenuhi
Apalagi indeks Nilai Tukar Petani (NTP) gabungan (perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani) kian menurun.
Akhirnya banyak dari mereka yang tak bisa membeli bibit unggul untuk kembali ditanam, dituai, dan dipasarkan. Padahal perlu diketahui skala global mencatat, 70–80 persen pangan dunia diproduksi oleh para petani kecil.
Nah, jika petani kecil terpaksa harus gulung tikar dan tak lagi bercocok tanam, bagaimana nasib kita ke depan?
Baca Juga: PT Unilever Indonesia Luncurkan Rangkaian Produk Perawatan Rumah Halal
Rasanya tak ada lagi bahan makanan segar yang bisa disajikan di meja makan dengan berbagai macam olahan. Bahkan, bisa jadi untuk mendapatkan cabe segar saja harus keliling pasar tradisional.
Sehingga jika kesejahteraan petani terenggut artinya tak ada lagi bahan makanan segar yang bisa dihidangkan.
Melihat fakta tersebut, akhirnya PT Unilever Indonesia berkolaborasi dengan Sayurbox dan TaniHub Group meluncurkan program Bango Pangan Lestari pada Selasa (25/08).
Baca Juga: Bukan Lagi Kecap! Kini Bango Hadirkan Inovasi Bumbu Kuliner Nusantara
Program tersebut ditujukan untuk mengajak masyarakat bersama-sama melindungi kesejahteraan petani salah satunya dengan membeli bahan pangan langsung dari para petani di era new normal ini.
“Unilever berkomitmen untuk membangun fondasi yang kuat bagi Praktek Pertanian Berkelanjutan, sehingga dapat mempersembahkan makanan yang sehat dari planet yang sehat pula ke seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia,” ucap Hernie Raharja, Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk.
Secara garis besar, program Bango Pangan Lestari ini menggarisbawahi tiga pilar penting, yaitu pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan, perlindungan kesejahteraan petani dan keluarganya, dan penggalakkan regenerasi petani.
Baca Juga: Rayakan Anniversary ke Empat, TaniHub Ajak Masyarakat Peduli dengan Nasib Petani Indonesia
Ke depannya melalui www.bango.co.id/bangopanganlestari, Bango mengajak masyarakat untuk membeli bahan pangan langsung dari petani, salah satunya melalui platform digital Sayurbox dan TaniHub Group.
Website ini akan menjadi penghubung bagi masyarakat yang ingin menunjukkan dukungan mereka terhadap jerih payah petani dan berkontribusi nyata untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Tak hanya itu, dengan cara ini Bango juga ikut mendukung program-program Kementerian Pertanian Republik Indonesia agar berjalan beriringan dan ikut memajukan kesejahteraan petani yang kian terkikis.
Baca Juga: Sayurbox, Lulusan Grab Ventures Velocity yang Memberdayakan Petani
“Di tengah pentingnya kebutuhan konsumen akan bahan pangan berkualitas untuk mencukupi asupan gizi dan melindungi daya tahan tubuh selama pandemi, pemasaran secara online seperti yang digalakkan dalam kolaborasi Bango, Sayurbox dan TaniHub Group ini diharapkan akan mampu membuka akses jual beli yang lebih luas, terbuka, dan cepat untuk keuntungan petani maupun masyarakat,” ucap Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI.
Dengan cara ini PT Unilever berharap petani kecil bisa sejahtera sehingga pasokan bahan makanan segar tetap terjaga dan aman hingga puluhan tahun mendatang.
Ingat, petani kecil juga merupakan garda terdepan untuk menjaga ketahanan pangan nasional, lo!
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Ternyata Ini Usia Ideal si Kecil Pisah Kamar dan Cara Agar Anak Mau Tidur Sendiri
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR