NOVA.id - Penyanyi senior Reza Artamevia baru saja ditangkap pihak kepolisian atas dugaan penyalahgunaan narkoba.
Reza ditangkap dengan barang bukti sabu. Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes pol Yusri Yunus, Sabtu (05/09).
Mantan istri mendiang Adjie Massaid ini bukanlah artis pertama yang terciduk menggunakan barang haram tersebut.
Berkaca pada kejadian tersebut, apa sebenarnya yang terjadi saat seseorang mengonsumsi sabu?
Melansir Kompas.com, dokter Adiksi dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) Jakarta Hari Nugroho menuturkan, sabu atau metafetamin dalam bentuk kristal memiliki pengaruh terhadap kinerja otak.
"Di dalam otak zat ini akan merangsang pengeluaran dopamine sekaligus memblok transporter re-uptake antar sel saraf," kata Hari saat diwawancara, Sabtu (20/07/2019).
Baca Juga: Kenali Dampak Negatif Narkotika Jenis Amfetamin yang Dikonsumsi Medina Zein
Hal ini menyebabkan dopamin yang beredar dalam tubuh bertambah hingga ribuan kali dari normal dan menyebabkan tingkat ketergantungan tinggi.
Tubuh secara normal mengeluarkan dopamin saat seseorang melakukan hobi, aktivitas seksual, makan, dan lain-lain.
Bagaimana penyalahgunaan bisa terjadi?
Baca Juga: Anak Jeremy Thomas Diduga Konsumsi Narkoba, Apa Itu 'Happy Five'?
Jangka pendek
Hari menjelaskan, jangka pendek penggunaan metafetamin merangsang fungsi tubuh menjadi lebih segar karena sifat stimulan yang dikandungnya.
Kondisi ini membuat tubuh seseorang lebih segar, sehingga aktifitas fisik, tekanan darah, denyut jantung, suhu badan meningkat, nafas lebih cepat, dan menurunkan nafsu makan.
Baca Juga: 30 Butir Dumolid Disita Polisi dari Kediaman Tora Sudiro – Mieke Amalia, Apa Itu Dumolid?
Jangka panjang
Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan permasalahan fisik atau mental.
"Semisal terjadi gangguan di gigi dan gusi (meth mouth), gangguan pada fungsi eksekutif sehingga proses penilaian dan pengambilan keputusan jadi terganggu," ujar Hari.
Terganggunya fungsi tersebut dapat meningkatkan perilaku dengan risiko tinggi, seperti menggunakan sabu dengan cara menyuntikkan dan bergantian jarum suntik antara satu orang dengan orang lain.
"Meningkatkan perilaku seksual berisiko, karena sabu juga akan mempengaruhi sexual drive. Sehingga pada akhirnya rentan juga tertular virus HIV, hepatitis B dan C serta penyakit menular seksual lainnya," tutur Hari.
Penggunaan sabu menimbulkan rasa candu dan berimbas pada kesehatan mental.
Beberapa gejala gangguan jiwa yang ditemui antara lain halusinasi, gangguan tidur, perilaku kekerasan, dan cemas berlebihan hingga paranoia. Hari menegaskan, sabu merupakan zat dengan daya adiktif tinggi.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR