Langkah 2: Jumlahkan Pendapatan
Anggaplah tujuan finansial kita adalah mengumpulkan dana darurat sebanyak 12 kali dari pengeluaran per bulan yang besarnya Rp5 juta.
Ini artinya kita harus mengumpulkan Rp60 juta.
Berapa lama target ini bisa tercapai?
Baca Juga: 7 Kesalahan yang Bikin Nggak Pintar Atur Uang Ini Bikin Susah Kaya, Jangan Diulangi!
Lalu, berapa yang harus disisihkan setiap bulan?
Semuanya kita atur dan proyeksikan dalam pencatatan anggaran.
Hitunglah berbagai pemasukan yang kita punya, mulai dari gaji, bonus bulanan, hasil investasi, pendapatan sewa atau pendapatan pasif, dan pendapatan lainnya, dan jumlahkan semua.
Langkah 3: Pisahkan Pengeluaran
Selanjutnya buatlah catatan pengeluaran dengan memisahkan anggaran keuangan keluarga berdasarkan dua kategori, yakni pengeluaran prioritas dan non-prioritas.
Pengeluaran prioritas adalah pengeluaran yang wajib kita belanjakan setiap bulannya dan pengeluaran yang kita butuhkan untuk rencana tujuan-tujuan di masa depan.
Catat kebutuhan prioritas ini di urutan atas.
Mulai dari pengeluaran pajak penghasilan (untuk entrepreneur), amal, investasi, tabungan, premi asuransi, cicilan atau utang, tunjangan orangtua, pendidikan anak (SPP dan les), belanja rumah tangga (sayuran, air minum, gas, beras, hingga sabun mandi).
Lalu, pengeluaran nilai guna (air, listrik, pulsa, Wi-Fi), biaya transportasi, hingga biaya kesehatan (keanggotaan di pusat kebugaran dan obat).
Lanjutkan dengan pengeluaran non-prioritas yang masih bisa ditunda bahkan disingkirkan.
Baca Juga: 5 Tips Pintar Atur Uang Bagi Single Parent: Dari Pilih Kebutuhan Hingga Tuntaskan Utang
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR