NOVA.id - Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah menyetujui penggunaan alat tes cepat antigen (rapid test antigen) untuk mendeteksi virus Covid-19, khususnya di beberapa negara yang mengalami kesulitan akses pemeriksaan PCR, atau negara berpenghasilan rendah (low middle income countries).
Berita ini disiarkan oleh pakar Molekular Biologi asal Amerika Serikat, Dr. Ali Nouri, melalui akun Twitter @AliNouriPhd pada 29 September 2020 lalu.
Rapid test antigen ini diklaim bisa memberikan hasil akurat dengan waktu yang singkat.
Baca Juga: Mengenal Anosmia, Sebuah Gejala Baru Pada Pasien Positif Covid-19
Cukup memakan waktu 15 sampai 30 menit saja.
Lalu, apa bedanya dengan rapid test antibodi?
“Jadi rapid test antigen itu yang diperiksa adalah antigen, bukan antibodi. Dan memang keakuratannya di atasnya rapid test antibodi. Tetapi, tetap tidak bisa menggantikan PCR. Sebab PCR adalah goals standart yang terbagus karena dia mendeteksi virusnya,” ujar DR. Dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Baca Juga: Menyoal Harga Vaksin Covid-19 di Indonesia, Bio Farma Tetapkan di Kisaran Rp200 Ribu
Maksudnya, sampel apa yang diambil?
Jika dalam pemeriksaan rapid test antibodi pemeriksaan menggunakan sampel darah pasien untuk mendapatkan IgG dan IgM dalam darah.
Sejenis antibodi yang terbentuk dalam tubuh saat kita mengalami infeksi virus.
Baca Juga: Ini Penanganan Happy Hypoxemia yang Terjadi pada Pasien Covid-19
Sedangkan, pada rapid test antigen, pemeriksaannya menggunakan sampel lendir dari dalam hidung maupun belakang tenggorokan (metodenya swab, mirip tes PCR).
Oleh karena itu, rapid test antigen juga disebut dengan tes rapid swab. Tahapan pemeriksaannya seperti ini.
Akan dimasukkan alat berbentuk seperti cotton bud dengan ukuran yang jauh lebih panjang ke dalam lubang hidung kita.
Baca Juga: Mana yang Serang Pasien Covid-19, Happy Hypoxia atau Happy Hypoxemia?
Alat ini akan terus dimasukkan hingga mencapai bagian belakang hidung untuk mendapatkan sampel lendir.
Lalu sampel ini dimasukkan ke dalam cairan khusus sebelum diteteskan pada alat rapid test antigen.
Jadi tanpa melalui pemeriksaan PCR, namun angka akurasinya cukup tinggi.
Baca Juga: Mari Tingkatkan Kepedulian terhadap Demensia Alzheimer Lintas Generasi di Tengah Pandemi Covid-19
“Kalau dia (di hasil rapid test antigen) positif, kemungkinan positifnya besar. Tapi, kalau dia negatif maka perlu dikonfirmasi. Berbeda dengan rapid test antibodi. Kalau antibodi, kan, baik positif atau negatif harus dikonfirmasi dengan PCR,” ujar Dr. Erlina saat dihubungi NOVA.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR