NOVA.id –Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung peran tenaga medis tidak dapat dilupakan. Sebab, merekalah yang berada di garda terdepan dalam menangani wabah yang merebak sejak Februari 2020 di Indonesia.
Selain merawat pasien terkonfirmasi positif, melakukan edukasi terkait protokol kesehatan untuk meminimalisasi penularan, peran tenaga medis juga ada dalam mendukung percepatan uji vaksin Covid-19 yang tengah diupayakan pemerintah.
Salah satunya adalah Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro.
Seperti yang dilakukan banyak negara lain, Indonesia turut berjuang memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri sebagai upaya pencegahan penyebaran virus tersebut. Sri menjadi salah satu praktisi medis yang mengawal langkah tersebut.
Baca Juga: Uji Coba Masih Berlangsung, Vaksin Covid-19 di Indonesia akan Dibagi Berdasarkan Prioritas
Ia telah mengukir rekam jejak yang panjang dalam memperjuangkan imunisasi di Indonesia. Sri Rezeki menyelesaikan pendidikan dokter pada 1972 dan kini telah menjadi Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak di Universitas Indonesia.
Ia mulai bergelut di ranah imunisasi setelah terjun langsung untuk memperjuangkan kesehatan anak Indonesia. Ia sempat ditugaskan ke pelosok Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Saat itu, Sri Rezeki menyadari bahwa permasalahan kesehatan anak-anak Indonesia cukup besar, ditambah saat ia pindah tugas ke Jakarta dan melihat keadaan yang tidak berbeda jauh.
Akhirnya, ia merintis program karang balita yang kemudian bertransformasi menjadi Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu (Posyandu), seperti yang kita kenal saat ini.
Perjuangannya tidak hanya sampai di sana. Sri Rezeki kemudian bertugas di RS Cipto Mangunkusumo dan semakin banyak bergelut dengan penyakit infeksi pada anak-anak. Mulai dari situlah ia mulai bergelut di ranah imunisasi dan vaksinasi.
Baca Juga: Masuk Tahap Uji Coba, Menteri BUMN Bocorkan Kisaran Harga Jual Vaksin Virus Corona
"Bidang kesehatan anak adalah ilmu tersulit dalam kedokteran. Pasalnya, bayi dan anak-anak yang masih terkendala komunikasi, menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan diagnosis," terangnya ketika hadir dalam dialog produktif yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (10/11/2020), seperti dikutip dari laman Covid19.go.id.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR