2. Bicarakan sejak dini
Berikutnya, orangtua bisa mulai mengajarkan mengenai boundaries atau batasan-batasan antara dirinya dengan orang lain.
"Kita harus mengajarkan bahwa bagian-bagian genital ini hanya boleh dipegang anak atau ibu. Kita harus konsisten dalam mengajarkan," tegas Inez.
"Misal anak grumpy atau tidak ramah tidak pada orang lain itu bisa dibicarakan nanti. Hargai jika anak tidak mau dipegang atau disentuh."
Tak lupa, para orangtua juga harus mengedukasi anak tentang bagian tubuhnya dengan nama yang sebenarnya.
"Terkadang kita canggung untuk mengenalkan organ-organ genital. Misal penis jadi burung atau ininya, itunya."
"Nah kita perlu untuk membantu anak menyebut nama organ dengan nama sebenarnya," lanjut Inez.
Juga, penting bagi orangtua untuk membicarakan tentang "rahasia".
Pelaku pelecehan seksual bisa memiliki trik untuk membungkam anak dengan menyebut perilakunya sebagai 'rahasia'. Di sini, peran orangtua sangat penting agar anak terbuka soal 'rahasia' ini.
Baca Juga: Geram dengan Dedy Susanto, Aktivis: Korban Tidak Bisa Disalahkan
3. Dukung anak untuk bersuara
Orangtua harus meluangkan waktu agar bisa mengetahui keluhan anak.
"Anak bisa merasa sungkan kalau kita tidak available," kata Inez.
Jika anak sudah bercerita, sangat penting bagi orangtua untuk menenangkan anak bahwa mereka tidak akan disalahkan.
Dorongan-dorongan inilah yang nantinya akan mendorong anak untuk terbiasa menyampaikan ide-ide mereka.
Baca Juga: Pelecehan Seksual Menghantui Seleb, Ini Saatnya Berani Bicara
View this post on Instagram
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR