NOVA.id – Jika kita terkena suatu penyakit, antibodi kita akan meningkat, sehingga risiko kita terkena penyakit tersebut, jadi kecil.
Tapi untuk meningkatkan antibodi, kita tidak harus sakit dulu, ada cara lain, yaitu menggunakan vaksin.
Seperti ini pula cara kerja vaksin Covid-19.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Umumkan Jadwal Vaksin Covid-19 untuk Masyarakat Umum, Cek Waktunya!
Tepat pada Rabu, 13 Januari 2021 lalu, Presiden Joko Widodo sudah melakukan vaksinasi yang menjadikannya orang pertama di Indonesia yang divaksin Covid-19.
Lalu diikuti oleh para pejabat publik, tenaga kesehatan, hingga artis Raffi Ahmad yang dianggap sebagai representatif anak muda.
Meski begitu, pro dan kontra vaksin Covid-19 tak juga kunjung mereda, bahkan rasanya makin bising di telinga.
Baca Juga: Rekomendasi Susu Murni yang Bisa Membantu Kita Menjaga Imunitas Tubuh
Memang kedatangan vaksin harus diakui membawa angin segar di tengah pandemi, meski tak dapat dimungkiri rasa waswas juga ikut mengiringi.
Dari data Bio Farma berdasarkan survei yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF, baru terdapat sekitar 64,8 persen masyarakat Indonesia yang menyatakan akan ikut vaksinasi.
Sisanya 27,6 persen belum memutuskan dan 7,60 persen menolak.
Baca Juga: Berperan dalam Roda Perekonomian, Grab Minta Pemerintah Beri Mitranya Akses Awal Vaksinasi Covid-19
Dilema dan juga penolakan ini lagi-lagi masih berkutat pada masalah efektivitas dan keamanan vaksin karena dianggap sangat prematur.
Inilah yang membuat orang resah.
Lantas bagaimana fakta vaksin Covid-19 sebenarnya?
Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Siapkan RS Rujukan untuk Pasien Khusus Setelah Vaksin Covid-19, Cek Daftarnya
Dijamin BPOM
Vaksinasi adalah imunisasi aktif sebagai upaya memicu tubuh mengeluarkan antibodi terhadap penyakit tertentu.
Sebenarnya di Indonesia vaksinasi bukan hal yang baru dilakukan.
Kita sudah punya Program Imunisasi Nasional (PIN) dan pernah melakukan pelaksanaan vaksinasi Measles-Rubella (MR), difteri, dan lainnya.
Baca Juga: Media Asing Turut Soroti Raffi Ahmad yang Abaikan Prokes Usai Divaksin Covid-19
Bahkan seorang anak sejak lahir sudah punya daftar serangkaian vaksin wajib di masa kecilnya agar ia terhindar dari penyakit-penyakit tertentu.
Vaksin Covid-19 pun demikian.
Yang membuatnya berbeda adalah karena vaksin ini dibuat dalam waktu yang lebih singkat.
Ya, produksi vaksin Covid-19 “dikebut” demi berlomba dengan virus yang kian bermutasi.
Ada empat tahapan yang harus dilalui untuk membuat vaksin, dari fase pra klinis, uji klinis fase 1, fase 2, dan fase 3 untuk menilai efikasi (kemampuan vaksin untuk menurunkan munculnya penyakit pada kondisi optimal), keamanan, dan imunogenisitasnya.
Sesuai tahapan, dibutuhkan waktu minimal lima tahun.
Baca Juga: Emil Dardak Telah Vaksin Covid-19, Arumi Bachsin Justru Tunda karena Alasan Ini
Sedangkan pada vaksin Covid-19, seperti Sinovac, hanya dibutuhkan waktu sekitar 18 bulan saja.
Maka muncul pertanyaan, memang dijamin kemanannya?
“Kalau bicara soal Sinovac, itu pun sudah dilakukan studi fase pre klinis, fase 1, dan fase 2 di China. Fase 3 yang dilakukan di Bandung pun sudah melalui suatu proses kaidah-kaidah akademik dan ilmiah. Jadi tetap aman dan tidak ada yang dilewati langkahnya,” ujar dr. Adib Khumaidi, SpOT., Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Lagipula, hasil uji klinis fase 3 yang dilakukan di Bandung menunjukkan efikasi vaksin CoronaVac dari Sinovac ini sebesar 65,3 persen dengan efek samping ringan.
Hasil tersebut sudah sesuai dengan persyaratan WHO dengan minimal efikasi vaksin 50 persen.
Data ini menunjukkan harapan bahwa vaksin ini mampu untuk menurunkan kejadian Covid-19 di Indonesia hingga 65,3 persen.
Baca Juga: Najwa Shihab Sindir Isu Raffi Ahmad Dibayar untuk Vaksin, Begini Jawaban dari Suami Nagita Slavina
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun memberikan persetujuan penggunaan vaksin dalam kondisi darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).
Berarti kita sudah aman dengan efikasi sebesar itu?
“Ini masih interim analysis atau mid report untuk bisa dijadikan suatu dasar dalam konteks pemberian EUA. Final report akan dikeluarkan pada bulan Maret, bukan tidak mungkin efikasinya bisa lebih tinggi. Serta akan semakin memperkuat dasar untuk BPOM selanjutnya menetapkan izin edar termasuk berkonsekuensi pada produksi,” ujar dr. Adib saat dihubungi NOVA.
Baca Juga: Jalani Vaksinasi Covid-19, Ariel NOAH Beberkan Efek Samping yang Terasa di Tubuh
Ciptakan Herd Immunity
Tentunya penurunan kejadian Covid-19 dengan vaksin sangat berarti dalam upaya kita keluar dari krisis pandemi Covid-19.
Tentu di samping upaya-upaya preventif lain seperti tetap mematuhi protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Jadi bukan berarti sebebasbebasnya beraktivitas, ya.
Baca Juga: Catat, Ini Syarat Kondisi Tubuh yang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19
Pasalnya, vaksin bukanlah obat, tapi bagian dari tindakan preventif dan untuk menciptakan kekebalan kelompok.
Kekebalan kelompok atau herd immunity sebenarnya dapat terjadi secara alamiah, yakni menunggu semua orang terpapar virus.
Namun risikonya akan sangat besar, bahkan kematian bisa semakin tinggi.
Di posisi inilah vaksin berfungsi untuk menciptakan herd immunity artificial atau kekebalan kelompok buatan.
Jadi, setelah disuntik vaksin yang mengandung inactivated virus ini kita bukan malah menjadi penderita Covid-19, ya.
“Targetnya herd immunity ideal itu tercapai kalau di atas 70 persen. Artinya, jika 70 persen dari populasi Indonesia sudah tervaksinasi maka kita bisa bebas dari pandemi. Karena apa? Tujuh puluh persen populasi ini tidak menjadi sumber penularan dan tidak akan tertular,” ujar dr. Adib.
Jadwal Vaksinasi
Saat ini vaksin ditujukan untuk masyarakat rentang usia 18-59 tahun.
Dr. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 menjelaskan bahwa ada dua skema gelombang vaksinasi di Indonesia yang juga mengacu pada ketersediaan vaksin.
“Jadi kita akan memvaksinasi 181,5 juta masyarakat Indonesia, dan dibutuhkan 426 juta dosis vaksin. Ini tantangan sekali. Tidak ada produsen vaksin yang bisa memenuhi kebutuhan itu karena kapasitas produksinya. Kalaupun bisa, tidak bisa dalam waktu satu tahun. Sehingga otomatis kita harus mengupayakan dari beberapa jenis vaksin lain, tidak hanya Sinovac. Rata-rata vaksin lain akan tiba di bulan April,” ujar dr. Nadia.
View this post on Instagram
Nah, soal pendaftaran kita hanya bisa menunggu pesan singkat bahwa sudah saatnya kita menjadi sasaran vaksinasi.
Dr. Nadia menjelaskan, setiap gelombang prosesnya sama dan bertahap.
Akan ada dua periode SMS yang harus dipastikan.
Baca Juga: Vaksinasi Sudah Mulai di Indonesia, Adakah Efek Samping dari Vaksin Covid-19?
Pertama verifikasi kesamaan NIK dan nomor handphone.
Kedua akan dilakukan SMS serentak berikutnya untuk mendapatkan e-ticket pendaftaran vaksinasi.
Bagaimana dengan biaya vaksinasi?
“Sampai dengan target 181 juta itu gratis,” tegas dr. Nadia.
Jadi, Anda sudah siap divaksin? Atau mau nunggu terinfeksi dulu sehingga muncul antibodi secara alamiah, tapi dengan segala konsekuensi gangguan tubuh efek dari Covid-19?
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR