NOVA.id – Populasi manusia yang terus bertambah menjadi salah satu “ancaman” bagi kelestarian Bumi. Kebutuhan sumber daya alam dan produksi limbah dari aktivitas manusia yang meningkat menyebabkan degradasi lingkungan.
Hal tersebut disampaikan dalam Population Summit of the World’s Scientific Academies (1993) yang dipublikasikan dalam kumpulan jurnal The National Academies Press. Pada jurnal tersebut tertulis bahwa beberapa indikasi degradasi yang mungkin terjadi antara lain hilangnya keanekaragaman hayati, peningkatan gas rumah kaca, hilangnya tutupan hutan, serta kekurangan sumber air dan makanan di berbagai belahan dunia.
Terkait sumber daya alam, menurut publikasi Global Footprint Network pada 2019, sejak 1970 manusia telah menggunakan hampir dua kali lipat sumber daya alam dari yang seharusnya.
Produksi massal barang-barang konsumsi yang tidak memerhatikan kelestarian material mentah pembuatnya menjadi sumber persoalan. Manusia modern pun punya kecenderungan melakukan kebiasaan konsumsi tak terkendali atau pembelian masif yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan.
Baca Juga: Waspada, Ini Penyakit Berbahaya yang Bisa Timbul Pasca Banjir
Penduduk Bumi harus menghadapi situasi semakin tergerusnya kekayaan alam di tengah persoalan sampah plastik yang juga belum terkendali akibat kebiasaan konsumsi sekali pakai-buang.
Ocean Conservancy mencatat, ada sekitar 8 juta ton sampah plastik yang mengalir ke laut setiap tahunnya, mulai dari kantong plastik, sedotan, hingga kemasan produk berbahan plastik. Sampah-sampah tersebut bisa membutuhkan puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa terurai.
Di samping rentang waktu yang cukup lama untuk terurai, Plastic Oceans mencatat sebanyak 380 juta ton plastik terus diproduksi setiap tahunnya. Jika consumption habits yang tidak terkendali ini dibiarkan terus-menerus, diperkirakan pada 2050 manusia akan membutuhkan sumber daya alam setara tiga planet Bumi untuk bertahan hidup.
Demi menyelamatkan Bumi, kampanye green consumption pun ramai digaungkan dalam beberapa dekade terakhir. Upaya membudayakan gaya hidup “hijau” pun dilakukan oleh berbagai pihak. Salah satunya dengan memproduksi barang-barang kebutuhan yang lebih eco-friendly.
Baca Juga: Hebat, Dua Lukisan dari Anak Indonesia Berhasil Bikin Perubahan Lingkungan loh!
Perempuan sebagai target produk eco-friendly
Laporan Mintel (2018) mencatat, produk eco-friendly yang diciptakan saat ini memang lebih banyak ditunjukkan untuk kebutuhan perempuan. Sebab, perempuan dianggap lebih peduli dengan lingkungan.
Produk-produk tersebut antara lain, tas belanja yang bisa dipakai berulang-ulang (reusable), alat makan dan minum pakai ulang, produk kecantikan yang ramah lingkungan, hingga pembalut kain untuk mengurangi sampah pembalut konvensional dan tampon.
Fenomena tersebut memang menimbulkan eco gender gap—situasi di mana tanggung jawab perempuan seakan lebih besar daripada laki-laki dalam menyelamatkan Bumi. Namun, sisi positifnya, perempuan memiliki pilihan jenis produk ramah lingkungan yang lebih banyak.
Dengan demikian, perempuan bisa mengambil peran aktif untuk ikut berupaya memberi kebaikan bagi lingkungan dan Bumi. Langkah pertamanya, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat, seperti keluarga.
Laman Inc. Magazine menyebut, sekitar 70-80 persen keputusan pembelian keluarga ditentukan oleh perempuan. Sehingga, perempuan memiliki peranan besar dalam menentukan konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Perempuan Bisa Menjadi Manajer Keuangan dalam Keluarga, Simak Tips dari Ahlinya
Buat keputusan membeli yang baik
Peran besar perempuan di keluarga membuatnya bisa menjadi penggerak dalam membuat keputusan membeli yang bijak. Misalnya, dengan mempertimbangkan dampak produk yang dikonsumsi terhadap lingkungan.
Untuk itu, Yayasan WWF Indonesia mengajak perempuan dan seluruh konsumen untuk lebih peduli terhadap Bumi melalui pesan “Beli Yang Baik”. Melalui kampanye tersebut, perempuan diajak untuk menerapkan enam prinsip konsumsi yang lebih bijak.
Pertama, ‘Beli yang Perlu’ dan hindari sikap impulsif saat berbelanja. Kedua, 'Beli yang Lokal’ daripada produk impor untuk mengurangi jejak karbon. Ketiga, 'Beli yang Alami’ dengan mempertimbangkan bahan dan pengolahan produk.
Keempat, ‘Beli yang Awet’ untuk menghemat sumber daya alam dan mengurangi sampah. Kelima, 'Beli yang Ekolabel, yakni produk yang diproduksi dengan pertimbangan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi.
Label sertifikasi tersebut meliputi Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk produk seafood hasil budidaya, Forest Stewardship Council (FSC) untuk produk turunan kayu, Marine Stewardship Council (MSC) produk seafood hasil tangkapan alam, dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk produk yang menggunakan minyak kelapa sawit.
Baca Juga: Eits, Jangan Asal Makan Ikan Jika Tak Tahu Asal Usulnya, Ini Tipsnya!
Terakhir, prinsip ‘Mau Dibawa Kemana, yang mengajak konsumen untuk memikirkan soal sampah dari produk yang dikonsumsi dan apa yang dapat dilakukan agar sampah tidak berakhir mencemari lingkungan. Pastikan kita mengetahui tentang cara, waktu, dan tempat membuang limbah produk dengan tepat.
Lantas, bagaimana penerapannya di rumah tangga? Yayasan WWF Indonesia bekerja sama dengan Tabloid Nova akan mengadakan sederet event menarik untuk memperkenalkan prinsip-prinsip “Beli Yang Baik” kepada konsumen perempuan.
Salah satunya dilakukan melalui Kelas Kreasi Nova. Workshop tersebut akan membahas cara mengurangi sampah rumah tangga dengan menghasilkan produk alami, salah satunya proses membuat sabun mandi natural yang aman dan terbuat dari bahan-bahan alami.
Acara tersebut akan diselenggarakan secara daring (Zoom) pada Selasa, 9 Februari 2021 pukul 14.00 – 16.00. Jika tertarik, Anda bisa mendaftar melalui link ini.
Selain itu, ada Ngopi (Ngobrol Inspiratif) Bareng Nova yang akan membahas gaya hidup ramah lingkungan dan produk minyak sawit berkelanjutan. Acara semakin menarik karena diiringi demo masak dengan tema easy baking yang menggunakan produk berekolabel RSPO.
Ngopi Bareng Nova akan dilaksanakan melalui Zoom pada Rabu, 21 April 2021. Bagi Anda yang ingin menambah wawasan gaya hidup ramah lingkungan serta mendapat inspirasi masak, nantikan informasi selanjutnya melalui Instagram @tabloidnova.
Sebagai pemegang peranan penting di keluarga, Anda tidak hanya bisa membuat keputusan membeli yang baik untuk keluarga, tetapi ikut berkontribusi selamatkan Bumi dengan menjadi konsumen yang bijak.
Untuk mendapatkan lebih banyak informasi seputar lingkungan global yang menarik, Anda juga bisa kunjungi laman Yayasan WWF Indonesia dan Instagram @wwf_id.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR