NOVA.id - Banjir bandang melanda Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Minggu (04/04) kemarin.
Bencana alam tersebut melanda 4 desa di Kabupaten Flotim, yakni Desa Nelelamadike di Kecamatan Ile Boleng, Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur.
Lalu, Desa Oyang Barang dan Pandai di Kecamatan Wotan Ulumado, serta Desa Waiwadan dan Duwanur di Kecamatan Adonara Barat.
Banjir juga semakin parah karena dibarengi dengan tanah longsor.
Kejadian ini pun mendapat perhatian dari pemerintah pusat yang meminta kondisi tersebut segera ditangani.
Pasalnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang semakin bertambah.
Baca Juga: Manado Diterjang Gelombang Tinggi, Banjir Rob Capai Pusat Perbelanjaan
Melansir Kompas.com, sebanyak 41 meninggal warga hilang dan 27 lainnya hilang.
Angka itu didasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Flores Timur.
"BPBD setempat melaporkan data sementara yang menyebutkan 41 warga meninggal dunia, 9 luka-luka dan 27 hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, Minggu (04/04) malam.
Baca Juga: Ketinggian Banjir Kalsel Hingga 3 Meter, Gubernur Naikkan Status Bencana Jadi Tanggap Darurat,
Kendati demikian, pihak BPDB masih melanjutkan evakuasi dan pencatatan korban.
"BPBD terus melakukan pendataan dan memverifikasi data lapangan untuk pemutakhiran selanjutnya," sambungnya.
Tidak hanya di Kabupaten Flores Timur, kabupaten lain yaitu Malaka juga terdampak banjir.
View this post on Instagram
Penjabat Bupati Malaka Viktor Manek mengatakan, banjir yang menggenangi rumah warga tersebut, akibat meluapnya Sungai Benenai.
Setidaknya, 23 desa yang terdampak banjir itu tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Malaka.
"Ada lima tanggul yang jebol, yakni di Desa Naimana dan Desa Mota Ulun," kata Viktor, Jumay (02/04), dilansir dari Kompas.com.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR