NOVA.id - Ketidaksuburan atau infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Kurang lebih 80 persen pasangan suami dan istri akan hamil dalam 12 bulan pertama berhubungan seksual tanpa kontrasepsi.
Apabila pasangan suami istri tidak juga mendapat kehamilan setelah setahun, maka pasangan tersebut membutuhkan pelayanan medis lebih lanjut.
Baca Juga: Selain Bayi Tabung, Terapi Satu Ini Juga Bisa Bantu Cepat Hamil
Infertilitas idiopatik merupakan keadaan ketika pasangan sudah melakukan pemeriksaan lengkap seperti pemeriksaan analisis semen, penilaian fungsi ovulasi, dan uji patensi tuba dinyatakan normal, namun tetap tidak bisa hamil.
Infertilitas idiopatik terjadi pada sekitar 10 persen pasangan dengan gangguan kesuburan. Lalu, bisakah pasangan dengan infertilitas idiopatik hamil?
Walaupun penyebab dari infertilitas tidak dapat diketahui, namun bukan berarti pasangan dengan infertilitas idiopatik tidak dapat memiliki keturunan.
Baca Juga: Bayi Tabung, Bisa Jadi Solusi dari Gangguan di 3 Peristiwa Penting Kehamilan Ini
Tingkat kehamilan secara spontan pada pasangan ini bahkan lebih tinggi daripada pasangan dengan penyebab infertilitas yang lainnya.
Penelitian menunjukkan angka kehamilan secara spontan terjadi sebanyak 13-15 persen pada percobaan tahun pertama, dan meningkat menjadi 35 persen pada percobaan tahun berikutnya.
Akan tetapi, angka kehamilan secara spontan terus menurun dengan durasi infertilitas lebih dari tiga tahun dan pada pasangan yang wanitanya berusia di atas 30 tahun.
Ada beberapa cara untuk mencapai kehamilan pada pasangan yang mengalami infertilitas
idiopatik, di antaranya:
Baca Juga: 6 Tahap yang Harus Dijalani untuk Melakukan Metode IVF atau Bayi Tabung
1. Manajemen ekspektatif
Tingkat kehamilan spontan pada pasangan dengan infertilitas idiopatik cukup tinggi, karenanya melakukan hubungan teratur 1-2 hari sekali pada masa subur (10-17 hari setelah hari pertama haid terakhir) sangatlah penting untuk mendapatkan kehamilan.
Manajemen ekspektatif terutama dapat dilakukan pada pasangan dengan usia perempuan di bawah 35 tahun dan usia pernikahan di bawah 2 tahun.
Baca Juga: Tren Bayi Tabung untuk Dapatkan Bayi Kembar, Bagaimana Faktanya?
View this post on Instagram
2. Inseminasi intrauterine
Apabila kehamilan juga tidak didapatkan dengan manajemen ekspektatif saja, maka disarankan untuk melakukan inseminasi intrauterine yang dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan penyubur seperti klomifen sitrat, letrozole, atau gonadotropin.
Inseminasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya langsung ke dalam rongga rahim.
Cara ini akan meningkatkan keberhasilan kehamilan dengan meniadakan faktor serviks dan antibodi antisperma yang sering dikaitkan sebagai penyebab infertilitas idiopatik.
Baca Juga: 3 Tahun Belum Dikaruniai Momongan, Tyas Mirasih Berencana Ikut Program Bayi Tabung?
3. Program bayi tabung
Program bayi tabung (in vitro fertilization) dapat menjadi salah satu solusi, apabila kehamilan tidak juga didapatkan setelah kegagalan dengan inseminasi intrauterine.
Program bayi tabung merupakan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) di mana pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi di luar tubuh perempuan (in vitro), kemudian embrio hasil pembuahan ditempatkan kembali ke dalam rahim.
Keberhasilan program bayi tabung pada pasangan yang mengalami infertilitas idiopatik mempunyai angka keberhasilan yang cukup tinggi yakni 30-40 persen.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
KOMENTAR