Edward Basilianus menyampaikan, bahwa biodiversitas tanaman obat yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan produk berbahan herbal yang semakin meningkat.
“Jika ini bisa dilakukan dengan optimal akan berdampak positif pada perekonomian nasional dan mendukung kemandirian industri obat berbahan herbal,” katanya.
Edward Basilianus juga melihat tren penggunaan bahan alam, khususnya obat tradisional di masa pandemi Covid-19 merupakan momentum emas bagi masyarakat untuk kembali mencari dan menggunakan rempah-rempah asli Indonesia.
“Hal ini juga menjadi peluang bagi para peneliti untuk dapat mengembangkan hasil risetnya serta memacu para produsen untuk lebih fokus mengembangkan produk berbasis herbal,” kata Edward Basilianus.
Baca Juga: Berbahaya, BPOM Tarik Sejumlah Obat Herbal Ini, Paling Banyak Jenis Pelangsing Tubuh!
Ketua Umum GP Jamu, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, mengatakan pengobatan tradisional Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan ramuan jamu.
“Jamu di Indonesia sudah ada sejak tahun 1300 dan merupakan minuman bersejarah dengan berbagai khasiat untuk menjaga kesehatan, bahkan menyembuhkan berbagai penyakit,” jelas Dra. Reri.
Lebih jauh Dwi Ranny mengatakan, pengobatan tradisional sudah diakui oleh WHO, badan kesehatan PBB.
WHO menunjukan kepedulian terhadap pengembangan obat tradisional dengan mengeluarkan buku panduan Metodologi Penelitian dan Evaluasi terhadap pengobatan tradisional.
Baca Juga: Ini 3 Minuman Herbal Pengganti Kopi yang Ampuh Tingkatkan Energi Saat Mudik
View this post on Instagram
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR