NOVA.id - Rendang dan Lebaran adalah dua hal yang tak akan terpisahkan bagi orang Indonesia.
Meski masih dilanda pandemi Covid 19, sajian rendang selalu menjadi sukacita saat Hari Raya Idulfitri.
Tak heran kuliner olahan daging sapi ini telah menjelma menjadi ikon kuliner Nusantara.
Cita rasa gurih dari rempah pilihan dan proses memasak yang presisi membuat rendang menjadi buah bibir internasional.
Kelezatan rendang juga bahkan menarik minat chef ternama Gordon Ramsay untuk mempelajari cara memasak dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Baca Juga: Pilih Lokal Aja: 4 Rekomendasi Kuliner Teman Sahur dan Buka Puasa
Merujuk survei media internasional CNN pada tahun 2011 dan 2017, makanan khas Minangkabau, Sumatera Barat, ini sukses menyabet gelar sebagai makanan terenak di dunia.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI memasukkan rendang ke dalam daftar national food bersama dengan gado-gado, soto, sate dan nasi goreng pada 2018.
Tak hanya nikmat, rendang juga mengandung filosofi yang dalam. Kata rendang berasal dari tradisi minangkabau yakni marandang. Marandang diartikan sebagai “secara lambat”.
Hal tersebut merujuk pada proses memasak rendang yang membutuhkan waktu yang lama untuk mendapat tekstur daging yang empuk dan bumbu rempah yang meresap hingga ke dalam-dalam. Setidaknya rendang mewakili tiga sikap yang perlu dipegang teguh dalam hidup.
Yakni kesabaran, ketekunan dan kebijaksanaan.
Baca Juga: Rekomendasi Kuliner Favorit: Kolaborasi Kopi dan Rice Bowl Kekinian
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR