NOVA.id - Senang bukan kepalang dirasakan Mikha Tambayong, kala terpilih mengisi suara untuk karakter utama, Raya, dalam film animasi keluaran Disney terbaru, Raya and The Last Dragon versi bahasa Indonesia.
Betapa tidak, dari beberapa orang yang ikut audisi, Mikha jadi satu-satunya kandidat terkuat untuk mengisi suara karakter Raya.
Kesempatan ini tak disia-siakannya. Meski mengaku deg-degan karena baru terjun ke dunia sulih suara alis dubbing, perempuan kelahiran 15 September 1994 ini benar-benar giat belajar dan mencari teknik terbaik demi kualitas suara yang bisa dihadirkannya.
Apalagi sebelum terpilih, Mikha sempat diingatkan untuk lebih menurunkan tone suara, karena menurut sang cast director, suara yang dimilikinya terlalu cempreng.
"Kenyataannya berbeda banget dari yang aku kira. Aku kaget, kirain mudah, kan. Ternyata susah ya voice dubbing ini. Apalagi aku sama sekali belum pernah melakukannya," ucap Mikha saat berbincang dengan NOVA.
Saat memulai proses dubbing, Mikha meminta treatment yang berbeda dari dubber lainnya.
Baca Juga: Resep Tabloid NOVA Seminggu: Bola Ayam Jagung Saus Bangkok yang Menggoda Selera
Kekasih Deva Mahenra ini bilang, "Di awal aku sempat kagok, jadi aku minta pas aku ngomong (mulai dubbing), kalau bisa jangan ada suara apa-apa di headset aku. Jadi aku cuma melihat gambarnya doang, baru aku bersuara."
Tapi setelah merasa nyaman dan bisa mengikuti alurnya, perlahan Mikha belajar mendengarkan suara "asli" Raya versi bahasa Inggris dari headset yang dikenakannya, lalu mengikutinya dalam versi bahasa Indonesia.
Ternyata treatment ini berhasil. Selain melancarkan intonasi suara, justru emosi dan rasa yang ingin dihadirkan Raya ikut terbangun juga. Sehingga dalam waktu dua hari, Mikha bisa menyelesaikan proses rekaman suaranya.
Baca Juga: Resep Tabloid NOVA Seminggu: Kebab Meat Lover Quesadilla Jadi Santapan Enak untuk Keluarga
"Tapi memang enggak selancar itu juga, sih. Masih ada beberapa yang bikin aku belibet ngomongnya. Meski ada script, ada momen yang pas take ternyata kata-katanya kepanjangan atau kependekan, jadi harus ada kalimat yang diubah atau malah ditambahkan," aku Mikha.
Sebelum memulai proses rekaman, Mikha sempat belajar dan melihat proses rekaman seorang dubber dari konten-konten YouTube.
Saat itu, dirinya agak terkejut, karena gestur dubber begitu ekspresif kala membaca script. Bahkan Mikha merasa mereka terlalu lebay dengan gayanya di studio rekaman.
Baca Juga: Tabloid NOVA Edisi 1739: Manfaat Lip Balm Selain untuk Melembapkan Bibir
Tapi, setelah terjun dan merasakannya langsung, gestur tubuh memang jadi poin penting baginya untuk menyatukan rasa dan visual dalam animasi.
Bahkan, meski hanya "menyumbang suara", penyanyi sekaligus aktris keturunan Minahasa, Sulawesi Utara, ini tetap mengeluarkan ekpresi dan akting layaknya bermain dalam sebuah film.
"Kalau misalkan dia marah, dia nunjuk-nunjuk, aku ikutan juga. Enggak mungkin kita stagnan di depan mic, karena kan suara harus di-adjust."
"Bahkan aku sampai ikutan nangis dan jatuh juga, demi mendapatkan suara real untuk Raya," jelas Mikha.
Bisa dibilang untuk proyek satu ini Mikha sangat excited. Sebab jadi Disney Princess memang impiannya sejak kecil.
Selama ini Mikha sering menjadikan karakter Disney sebagai role model-nya, salah satunya karakter Mulan yang tangguh.
View this post on Instagram
Sehingga saat mendapat tawaran memerankan Raya, Mikha merasa Raya adalah kloningnya di dunia animasi.
Apalagi Raya and The Last Dragon sendiri mengambil inspirasi dari budaya Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang dituangkan dalam empat set, yaitu wayang, batik, pencak silat, dan keindahan alam di dalamnya.
Alur cerita yang dihadirkan juga mengingatkannya pada mendiang sang ibunda, Deva Tambayong.
Jika Raya ingin menyelamatkan semesta dan ayahnya yang terkena kutukan monster jahat, Mikha justru ingin membuktikan pada mendiang Deva, bahwa mimpi kecilnya bisa terwujud juga.
Baca Juga: Tabloid NOVA Edisi 1738: Ide Bisnis Ramah Lingkungan yang Bisa Dicoba
"Waktu ibu meninggal itu adalah titik terendah dalam hidup aku. Karena biasanya aku sangat dimanja oleh kedua orangtuaku, apalagi papa aku. Tapi yang memecut aku, istilahnya, adalah ibu aku."
"Jadi pas beliau enggak ada aku kayak kehilangan kaki, karena biasanya apa-apa selalu sama ibuku. Tapi, aku enggak mau kesedihan itu malah merusak aku, aku pengin ibu aku bangga," kata Mikha.
Saat ini, sang bunda pasti bangga.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
KOMENTAR