Tulisan-tulisan Sariamin memang cukup tajam dan pada waktu itu cukup menggelorakan semangat kebangkiian untuk mencapai kemerdekaan.
Kebiasaan menulis yang dimiliki oleh Selasih sejak kecil menjadikannya seorang pengarang besar wanita di zamannya.
Selasih sejak umur sebelas setengah tahun sudah mulai menulis di buku harian, yang diberinya nama Mijn Vriendin.
Selasih selalu mencurahkan kesedihan hatinya pada buku harian itu.
Baca Juga: Jadi Google Doodle Hari Ini, Begini Sosok Maria Maramis, Pahlawan Nasional Indonesia
Pada saat itu, dia adalah murid Meiijes Normaal School, masih muda, bertubuh kecil, tidak cantik, dan berasal dari kampung kecil.
Hal itu menjadikan Selasih kecil selalu bersedih karena tidak ada teman-temannya yang memperhatikan, bahkan dia sering diejek oleh teman-temannya.
Kesedihannya itu dicurahkan pada buku harian dalam bentuk puisi. Kepandaian Selasih dalam menulis puisi ini tidak datang begitu saja.
Orang yang berjasa menumbuhkan minat dan kemampuan Selasih dalam dunia sastra adalah neneknya.
Baca Juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional, Chelsea Islan: Kita Butuh Banyak Tokoh Perempuan Inspiratif
KOMENTAR