NOVA.id - Setelah sebulan melaksanakan PPKM, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan penurunan.
Namun bukan berarti masyarakat bisa bebas berkegiatan tanpa menerapkan protokol kesehatan.
Kebiasaan buruk itu bisa menyebabkan bahaya bagi banyak orang.
Baca Juga: Dokter Sarankan 3 Cara Ini untuk Sembuhkan Anosmia, Cukup dari Rumah!
Jika masyarakat mulai abai lagi, kasus Covid-19 berpotensi naik dan menyebabkan fasilitas kesehatan kembali kolaps.
Fenomena ini membuat pakar menduga Indonesia berpotensi mengalami hiperendemi.
Melansir Kompas.com, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, hiperendemi merujuk pada kehadiran wabah secara terus-menerus dalam satu wilayah.
Baca Juga: Masih Merasakan Anosmia, Kapan Baiknya Mengakhiri Masa Isoman?
View this post on Instagram
Tak hanya itu, wilayah disebut mengalami hiperendemi ketika suatu wabah atau penyakit dengan kasus yang sangat banyak dan mudah terdeteksi di populasi.
"Ada juga yang mengistilahkan hiperendemi sebagai satu penyakit yang hampir sama di setiap populasi usia," ujarnya.
Terkait kapan Indonesia mengalami hiperendemi, Dicky belum bisa memastikan secara tepat.
Baca Juga: Metode untuk Kembalikan Kapasitas Paru-paru Pasca Terinfeksi Covid-19
"Status endemi ini kan belum jelas kapannya. Yang jelas, pasti akan terjadi," jelas dia.
Menurutnya, hiperendemi akan terjadi di Indonesia ketika penanganan Covid-19 dilakukan sekedarnya dan minim strategi.
Jika strategi pandemi Covid-19 tidak berubah dan hanya mengandalkan vaksinasi, maka Indonesia akan mengalami hiperpandemi.
Baca Juga: Ramai Soal Covid-22, Varian Baru Corona yang Disebut Lebih Bahaya dari Delta, Benarkah?
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR