NOVA.id - Saat memutuskan untuk menikah, tak ada satu pun pasangan yang menginginkan perceraian. Ketika perceraian terjadi, tak jarang perempuan merasa terpuruk.
Tapi bukan tak mungkin bangkit. Memahami tahapannya, mungkin akan lebih memudahkan kita untuk menerima.
Psikolog Prita Pratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan, dalam perjalannya, waktu pemulihan setelah bercerai, berbeda pada setiap orang.
Baca Juga: Coba Sensasi Berhubungan Intim di Bawah Shower, Basah dan Bergairah!
Hal itu tergantung dari seberapa sakit luka yang timbul atau trauma yang muncul dari proses pernikahan ataupun perceraiannya itu sendiri.
Setidaknya ada lima tahapan yang dilalui seseorang sebelum bisa benarbenar pulih
dari luka akibat perceraiaan. Apa sajakah?
1. Denial
Pertama adalah fase denial atau penyangkalan. Di fase ini biasanya seseorang akan mencoba menyangkal apa yang telah terjadi pada dirinya.
Baca Juga: Bukan Cuma Fisik, Inilah 6 Hal yang Disukai Pria dari Perempuan
Kalimat yang diucapkan contohnya, “Saya baik-baik saja, selama menjalankan rumah tangga saya bahagia, suami saya memperlakukan saya dengan baik.”
Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Kata Prita hal ini sangat wajar terjadi pada seseorang yang baru saja megalami kejadian menyakitkan.
2. Anger
Selajutnya muncul fase anger atau marah. Di sini biasanya kita mulai menyadari realita yang sebenarnya terjadi sehinngga muncul rasa ingin balas dendam.
Baca Juga: Kapan Waktu Membuat Perjanjian Perkawinan, Apa Saja Syaratnya?
Kalimat yang diucapkan contohnya, “Suami saya itu dulunya tuh jahat bangetlah.” Hal ini menurut
Prita akhirnya memunculkan perasaan yang sangat tidak nyaman pada diri seseorang tersebut, sehingga keluar marahnya dan bisa memakimaki.
Ketika dalam fase ini, yang perlu diperhatikan adalah sebisa mungkin jangan merugikan diri sendiri atau sampai salah tempat untuk mengekpresikan kemarahan kita.
“Jangan sampai pada akhirnya yang kita ekspresikan adalah bikin status menjelek-jelekkan pasangan di media sosial,” kata Prita yang kini Praktik di Biro Konsultasi Psikologi Dwipayana, Bandung.
Baca Juga: Bahaya! 4 Hal Ini Bisa Menyebabkan Hubungan Intim Tidak Lagi Harmonis
3. Bergaining
Di fase ini biasanya seseorang akan melakukan penawaran terhadap kesedihan yang dialaminya. Misalnya, perempuan mulai berpikir untuk mempertimbangkan kembali membuka hatinya pada orang baru.
4. Depression
Depresi disini bukan diartikan sebagai depresi karena gangguan mental, namun lebih kepada kembali ke realita yang dialamainya, setelah dalam fase-fase sebelumnya berusaha melawan emosi negatif yang dirasakan.
Baca Juga: 6 Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Hubungan Intim, Bahaya Bisa Menghampiri!
Kata Prita, “Di fase ini muncul perasaan pengin nangis, enggak ada angin enggak ada hujan tiba-tiba air mata keluar. Tiba-tiba merasa sedih adalah fase yang terjadi setelah kita merasa bahwa, Kayaknya saya
baik-baik saja.”
5. Acceptance
Terakhir fase acceptance atau penerimaan. Di fase ini seseorang sudah menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, dalam kasus ini perceraian memang sudah terjadi.
Baca Juga: 6 Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Hubungan Intim, Bahaya Bisa Menghampiri!
View this post on Instagram
Dan di fase ini juga semua emosi yang banyak tertahan bisa jadi mungkin sudah bertahuntahun
lamanya akan keluar.
“Mungkin butuh merangkak dulu, tapi tidak apa-apa, di situlah fase di mana kita memang sudah benar-benar menerima keadaan atau kondisi kita saat ini, dan itu bukanlah fase yang mudah,” kata Prita.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR