NOVA.id --Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa penanganan pandemi di Tanah Air cukup baik.
Pada Siaran Pers PPKM yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (13/10/2021), Nadia menyampaikan, selama dua bulan terakhir kasus positif terus menurun. Jumlah kasus mingguan, tutur Nadia, turun 23 persen dan angka kematian turun 32 persen.
“Bed occupancy rate (BOR) ruang isolasi maupun unit perawatan intensif (ICU) isolasi tidak melebihi 60 persen sehingga layanan-layanan lain di rumah sakit bisa kembali dilakukan dengan mengedepankan prokes,” ujarnya menurut keterangan tertulis, Kamis (14/10/2021).
Bahkan, lanjut Nadia, lembaga pemeringkat ekonomi Nikkei, per September 2021, menempatkan Indonesia menjadi negara dengan ranking tertinggi untuk penanganan Covid-19 di Asia Tenggara. Dalam hal vaksinasi, menurut Nadia, Indonesia menduduki peringkat ke-5 berdasarkan jumlah orang yang telah divaksinasi dan peringkat ke-6 dunia berdasarkan total suntikan.
“Semua berkat partisipasi dan peran aktif masyarakat serta didukung penuh oleh berbagai sektor mulai dari kementerian/lembaga, TNI/Polri, dunia usaha, relawan dan pihak lainnya,” lanjutnya.
Baca Juga: Survei Terbaru Ungkap Cara Generasi Milenial Hadapi Pandemi Covid-19
Untuk mempertinggi persentase populasi yang tervaksinasi, Nadia juga mengimbau agar masyarakat tidak pilih-pilih vaksin berdasarkan merek. Sebab, pemerintah menjamin semua vaksin yang diberikan kepada masyarakat aman, bermutu dan berkhasiat.
“Sudah ada 10 jenis vaksin yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juga terdaftar dalam Emergency Use Listing dari Badan Kesehatan Dunia (EUL WHO). Semua telah mendapatkan Fatwa MUI, baik berupa sertifikasi halal maupun persetujuan untuk digunakan dalam kondisi darurat,” ujarnya.
Atas capaian yang baik dalam penanggulangan Covid-19, pemerintah pun melonggarkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Pulau Jawa dan Bali. Pergerakan masyarakat sudah lebih longgar. Pemerintah bahkan berencana membuka Bali, Batam, dan Bintan untuk kegiatan wisata.
Meski demikian, pemerintah tetap menyiapkan skenario untuk mencegah lonjakan penularan Covid-19 kembali terjadi.
“Pemerintah tengah mempersiapkan dengan matang rencana pembukaan Bali, Batam, dan Bintan untuk mengantisipasi (melonjaknya) penularan (Covid-19),” ujar Nadia.
Antisipasi menyambut hari raya keagamaan
Pemerintah tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak terlena dengan penurunan angka positif Covid-19. Evaluasi tetap dilakukan oleh pemerintah setiap pekan untuk mempertahankan situasi kondusif saat ini.
Baca Juga: Strategi Pengendalian Covid-19 di Indonesia Membuahkan Hasil Positif
Dalam evaluasi dibahas pula antisipasi risiko penularan saat kegiatan liburan atau acara keagamaan. Hal ini mengingat sebentar lagi akan ada sejumlah hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi dan Natal pada akhir tahun.
Terkait hari raya keagamaan, pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro mengatakan, upacara Palebon dan Ngaben di Sanur, Bali, yang dilaksanakan Jumat (8/10/2021) dapat menjadi contoh.
“Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari pelaksanaan acara besar keagamaan di Sanur, Bali,” ujarnya.
Pertama, kata Reisa, persiapan yang matang. Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 setempat dan aparat keamanan terlibat penuh untuk mengantisipasi setiap kemungkinan penularan, termasuk mencegah kerumunan masyarakat.
Kedua, memastikan skrining atau tes kesehatan dilakukan kepada semua pihak. Hanya mereka yang sehat dan sudah divaksinasi saja yang dapat terlibat dalam acara.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Pengumuman Nominasi Festival Film Indonesia 2021 Dilakukan Secara Daring
Ketiga, memberlakukan pemindaian quick response code (QR code) dengan aplikasi PeduliLindungi di titik masuk acara, penyediaan fasilitas cuci tangan, serta kewajiban memakai masker.
Keempat, menempatkan berbagai petunjuk dan peringatan sikap disiplin protokol kesehatan (prokes) di lokasi acara. Pemandu acara juga berkali-kali memperingatkan peserta dan pelaksana untuk patuh prokes. Kelima, pemantauan kesehatan para panitia dan semua yang terlibat usai acara berlangsung.
Reisa menyampaikan, tidak ada kasus positif yang ditemukan melalui tes Covid-19 yang dilakukan sebelum dan sesudah acara keagamaan tersebut berlangsung. Laporan Satgas Covid-19 setempat juga menunjukkan tidak ada laporan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayah pelaksanaan acara tersebut.
“Terima kasih kepada keluarga, panitia, masyarakat Sanur dan segenap komponen Satgas, TNI, Polisi dan warga Bali yang mampu membuktikan adaptasi kebiasaan baru, yaitu penegakkan disiplin Prokes dapat diadopsi di acara besar keagamaan yang sakral,” ujar Reisa.
Terkait peringatan hari besar keagamaan terdekat, yakni Maulid Nabi dan Natal, Reisa mengatakan bahwa pemerintah tengah melakukan beberapa upaya antisipasi lonjakan kasus positif.
Baca Juga: Rayakan Ultah di Masa Pandemi, Nikmati Menu Spesial dengan Cara Ini!
Pemerintah tengah memastikan penurunan level PPKM dan pelonggaran aktivitas diiringi dengan pengendalian yang ketat. Pemerintah juga masih membatasi perjalanan internasional.
Selain itu, pemerintah tengah mengupayakan percepatan vaksinasi lansia dan anak serta mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk terus mengedukasi warganya soal prokes dan pendisiplinan penerapan prokes di wilayahnya.
“Pandemi masih ada, virusnya masih mengintai kita. Namun dengan vaksinasi, masker dan persiapan baik, kita akan dapat menekan risiko serendah mungkin,” tegas Reisa.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR