“Terkumpul Rp35 juta digunakan untuk sewa ruko, mengurus izin, etalase, dan sisa Rp1 juta. Sehingga, saat itu kita enggak punya barang,” kenangnya.
Ya, meskipun sudah berusaha bertahun-tahun, nyatanya uang yang dikumpulkan masih tidak cukup.
Padahal, sudah menyewa ruko dan membeli perlengkapannya, namun Desi malah kehabisan uang untuk membeli barang yang akan dijual. Padahal di sanalah uang baru akan berputar.
Baca Juga: Bangkitkan Harapan Melalui Novel Almond: Kisah Remaja Korea yang Bisa Naikkan Empati
Tak mau menyerah begitu saja, Desi yang saat itu masih bekerja karena harus menutupi biaya operasional apotek mencoba untuk memanfaatkan koneksi yang dimilikinya.
Hasilnya, para distributor obat-obatan saat itu berbaik hati untuk memberikan barang kepada Apotek Keluarga dengan pembayaran setelah barang terjual.
“Dari sanalah mulai diputar uangnya dengan terus melengkapi produk. Sampai 2006 masih sambil kerja untuk menutupi biaya modal usaha juga. Akhirnya 2006 resign untuk fokus di usaha,” tutur perempuan berkacamata ini.
Baca Juga: Koes Hendratmo Meninggal Dunia, Ini Profil Sang Presenter Legendaris
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR