NOVA.id - Membesarkan dan mendidik anak memang bukan perkara mudah, dibutuhkan kesabaran dan tekad yang kuat.
Kenyataannya, di dunia ini memang tidak ada orang tua yang benar-benar sempurna dalam mengasuh anak.
Namun tentunya setiap orang tua akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Nutrisi Anak Agar Tumbuh Optimal dengan Formula Ini
Gaya pengasuhan anak sangat penting untuk diperhatikan, karena akan bepengaruh terhadap pembentukan pola pikir dan kepribadian anak hingga ia dewasa.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, dari Tiga Generasi Ayoe Sutomo, M.Psi, pola yang paling tepat adalah yang berada di tengah-tengah.
“Yang tepat, ya, di tengah-tengah, tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu lembut terhadap anak, berarti demokratis,” ujar Ayoe.
Baca Juga: Bahaya Konsumsi Garam Berlebihan pada Anak, Ini Takaran yang Tepat
Dalam ilmu psikologi, setidaknya ada 4 jenis pola asuh, yang semuanya akan memiliki dampak berbeda terhadap karakter anak.
Pola asuh ini akan sangat dipengaruhi oleh pola pikir, latar belakang, kondisi sosial ekonomi, hingga pola asuh orang tua kita sendiri saat masih kecil.
Dari 4 kategori ini, kita tidak mesti terpatok pada satu saja, bisa jadi kita menjalankan kombinasi dua atau lebih. Kira-kira, Sahabat NOVA termasuk yang mana, ya?
Baca Juga: 8 Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mencegahnya, Ibu Harus Tahu
1. Otoriter
Pada jenis pola asuh ini, orang tua biasanya tidak bisa diajak kompromi dan tidak mempertimbangkan perasaan anak.
Orang tua terkesan kaku, memberikan aturan yang ketat kepada anak, sangat menuntut namun tidak responsif, dan tidak memberikan anak pilihan.
Menurut Ayoe, pola otoriter akan membuat anak merasa takut, tidak memiliki inisiatif, dan cenderung menurut meskipun tidak setuju.
Baca Juga: Anak Perempuan Alami Menstruasi Cepat? Ibu Harus Tahu Cara Atasinya
“Pada akhirnya, sangat mungkin, di luar tidak menjaga apa yang menjadi kepercayaan orangtua, karena di rumah dia sangat takut kepada orangtua,” ujarnya.
2. Demokratis
Tipe ini bisa dibilang adalah yang paling ideal. Di mana hubungan orang tua dan anak terbangun hangat.
Meskipun orangtua tetap menerapkan aturan dan mendorong anak untuk disiplin dan mandiri, orangtua lebih terbuka mendengarkan pendapat anak, dan mengajak anak berbicara untuk mencapai sebuah keputusan.
Pola asuh ini akan mendorong anak lebih berani berpendapat dan percaya diri, karena anak merasa dihargai. Hal itu jugalah yang membuat hubungan anak dan orang tua semakin erat.
3. Permisif
Pola asuh ini dikenal juga sebagai pola asuh yang toleran, orang tua biasanya begitu memanjakan anaknya, tanpa banyak menuntut.
Kata Ayoe, “Orang tua cenderung untuk membebaskan anak boleh ngapain saja, jadi kontrol dan ekspektasi dari orang tua sedikit, tapi respons terhadap apa-apa yang diinginkan anak cepat.”
Baca Juga: Menopause Dini, Apakah Bahaya? Simak Penjelasannya Berikut Ini
Tampaknya, kita harus waspada terhadap pola asuh ini. Pasalnya, tanpa disadari kita mungkin telah kehilangan momen untuk mengajarkan kemandirian pada anak.
Padahal, ada usia-usia tertentu di mana kita harus mengajarkan anak agar punya inisiatif dan mandiri.
Pola asuh ini akan membentuk anak yang cenderung agak sulit mematuhi aturan, kemudian sulit mengikuti figur otoritas.
Baca Juga: Ibu Harus Tahu, Ini 2 Tips agar Bayi Makin Lahap Menyantap MPASI
Dampaknya, saat memasuki usia mandiri dan seharusnya sudah bisa bekerja, anak tidak siap.
“Bayangkan anak tidak merasa dirinya mampu untuk bekerja, padahal badannya sehat dan produktif, akibat pengasuhan yang terlalu dimanja. Anak jadi merasa tidak mampu menghadapi tantangan kalau tidak didampingi orang tua,” ujar Ayoe.
4. Cuek
Terakhir, pola asuh ini adalah yang paling tidak disarankan bahkan berbahaya. Di mana orangtua abai, tidak memenuhi kebutuhan anak, baik secara fisik dan psikologis.
Baca Juga: Ibu Harus Tahu, Ini Bahaya Memberi Susu Kental Manis untuk Balita
View this post on Instagram
Orang tua sama sekali tidak terlibat dengan apa pun yang terkait dengan anak. Orang tua tidak menuntut, tak responsif, dan minim komunikasi.
“Mirip dengan permisif, tapi jauh lebih enggak ada aturan, tidak ada perhatian, abai terhadap anak secara emosi. Kedekatan dengan anak jadi kosong, secara support kosong, aturan kedisiplinan kosong, jadi jarang komunikasi. Ini sedih banget, sih,” kata Ayoe.
Pada gaya pengasuhan cuek ini, orang tua berharap anak dapat tumbuh dengan baik dengan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Baca Juga: Ajak Orang Tua Dukung Pengembangan Kekuatan dari Dalam Diri Anak dengan Cara Ini
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung tidak banyak atau sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan anak-anak mereka.
Dampaknya, anak tidak memiliki kontrol, tidak merasa bahagia, cenderung tidak berprestasi baik di bidang akademik, dan tidak memiliki rasa percaya diri.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR