“Random kesalahan yang kebetulan itu tidak direparasi dengan sistem tubuh, karena ada yang kita tidak ketahui. Memang untuk mencegah itu penting tapi tidak ada tolak ukurnya, akhirnya yang penting itu deteksi dini.
Itu pun enggak gampang, karena beberapa tumor seperti kanker ginjal dan kanker pankreas, sebelum dia menekan saraf, sebelum dia membuat gangguan fungsi, itu tidak akan ketahuan gejalanya,” jelasnya.
Ketika divonis terpapar kanker, tak hanya perjuangan pasien yang dibutuhkan, tetapi juga dukungan dari keluarga.
Namun, dukungan keluarga yang berlebihan dapat menimbulkan toxic positivity. Contohnya, ketika terus-menerus memberikan motivasi positif yang membuat pasien kanker merasa tidak dipahami, karena pasien kanker memiliki ketakutan.
“Ini sebenarnya fenomena yang cukup sering. Saat kita menemani keluarga atau teman kita yang berobat, kita harus dengar dulu pasien perlunya apa.
Bukan kita berusaha menutup ketakutannya dengan memborbardir memberikan motivasi positif, yang justru itu menjatuhkan mental pasien (mental breakdown),” pungkas Hematologi Onkologi Medik MRCCC Siloam Semanggi, dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM. (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR